PENDIDIKAN memang tidak bisa dipisahkan dengan ‘literasi’. Pasalnya, tanpa literasi maka sulit untuk mendapatkan sebuah pendidikan, sama halnya jika tanpa belajar maka tidak akan mendapatkan sebuah ilmu atau pengetahuan.
Di era modernisasi ini, literasi memang sangat penting bagi semua manusia tanpa mengenal suku, ras, budaya, etnik, golongan, dan lainnya, terkhusus bagi pelajar dan mahasiswa. Mereka dituntut untuk berliterasi dengan baik agar sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu ‘kaum berintelektual’.
Hal itu diungkapkan seorang mahasiswi cantik yang menempuh pendidikan di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Siti Khotimah. Semenjak menekuni dunia literasi, perempuan anggun itu berhasil meraih banyak prestasi, di antaranya menjadi kontributor antologi puisi sajak-sajak anak negeri tahun 2015, juara 1 lomba cerpen tingkat nasional tahun 2015, kontributor puisi bersama tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Poetry Publisher Tahun 2016.
Juga penulis terbaik antologi cerpen yang diselenggarakan oleh CV. Anlitera Literasi Indonesia tahun 2019, juara 2 lomba karya tulis ilmiah tingkat Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2019, finalis lomba karya tulis ilmiah tingkat PTKIN se-Indonesia tahun 2019, juara 1 Lomba debat sosial tahun 2017 & 2019 tingkat jurusan, juara 1 lomba debat sosial tingkat institut tahun 2019, dan juara 1 Lomba MC tingkat nasional tahun 2020.
Menurut perempuan yang biasa disapa Khotimah itu, literasi sangat penting terkhusus bagi para pelajar ataupun mahasiswa. Karena, ciri dari mahasiswa identik dengan kata ‘berintelektual’, beda lagi dengan yang lain, contohnya, ciri santri biasanya outputnya atau identik dengan ‘akhlakul karimah’.
“Jika kita tidak berliterasi, baik membaca maupun menulis, bagaimana kita bisa mewujudkan negara dengan lebih baik? Literasi selain menulis, juga membaca. Dalam artian membaca itu luas, bisa membaca situasi, keadaan, masalah, belajar kritis terhadap keadaan sekitar, dan lainnya. Terutama itu membaca buku atau hal-hal yang berbau akademis, berdiskusi dan banyak hal lainnya,” kata Khotimah kepada Suara Cirebon, Senin (22/2/2021).
Khotimah menambahkan, jika literasi tidak dibiasakan, bahkan hilang dari kewajiban mahasiswa atau pelajar, maka esensi dari pada makna jati diri seorang ‘pelajar atau mahasiswa’ itu sendiri akan hilang.
“Lalu bagaimana caranya agar kita bersemangat dan dapat berliterasi dengan baik? Caranya mudah yaitu mulai dari kita dengan membuka kesadaran, bahwa kita dilahirkan untuk belajar. Ada sebuah hadis bahwa, kita belajar itu sejak dilahirkan ke bumi hingga ke liang lahat. Artinya, kita diciptakan di bumi ini tuntutannya untuk mencari ilmu atau belajar (berliterasi),” tegasnya.
BACA JUGA: Mita Sri Wahyuni, Juara 2 Protocol Fair 2020
Dengan demikian, lanjut dia, dengan berliterasi, banyak berdiskusi, membaca buku, menulis. Menulis menjadi sesuatu yang lebih tajam daripada peluru, karena peluru hanya bisa menembak satu kepala saja, tapi dengan menulis kita bisa menembakkan seribu kepala bahkan lebih dari itu.
“Kemudian, setelah kita membuka kesadaran, lalu kita bangun komunikasi atau pergaulan dengan orang-orang yang suka berliterasi, seperti komunitas, ataupun kelompok lain yang bisa membuat kita Istiqomah dalam berliterasi. Pada komunitas, kita juga bisa berbagi dan saling memberi ilmu baru, mengembangkan kemampuan, relasi dan lainnya, jadi teruslah berliterasi agar kita menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas,” tandasnya. (Yusuf)