CIREBON, SC- Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menjalani proses visitasi transformasi lembaga untuk menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Visitasi yang dilaksanakan di kampus keagamaan Islam negeri satu-satunya di wilayah III Cirebon ini selama 3 hari, yaitu Selasa sampai Kamis (9-11/3/2021).
Di hari pertama visitasi, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg memresentasikan profil kampus yang dipimpinnya ini di hadapan asesor, yaitu Inspektur Wilayah II Kementerian Agama RI, Dr H Nur Arifin MPd, dan Rektor UIN Jakarta, Prof Dr H Dede Rosyada MAg.
Dalam kesempatan itu, Sumanta memaparkan, bahwa pihaknya memiliki rencana besar terkait rencana transformasi tersebut, yaitu ingin menjadi universitas yang unggul dan terkemuka dalam pengembangan keilmuan berbasis kearifan lokal hingga tahun 2039.
“Hal itu pun sejalan dengan ditunjuknya IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi universitas Islam siber oleh Kementerian Agama,” paparnya.
Selain itu, Sumanta menjelaskan, tujuan transformasi lembaga ini juga untuk meningkatkan akses pendidikan perguruan tinggi keagamaan, meningkatkan daya jangkau pemerataan dan sebaran pendidikan tinggi keagamaan, mengimplementasikan integrasi ilmu dan moderasi beragama, serta meningkatkan mutu dan daya saing penyelenggaraan pendidikan tinggi keagamaan.
“Ini merupakan cita-cita kita bersama dan amanah yang kita emban. Karena kita menyadari betul masyarakat belum sepenuhnya merasakan perguruan tinggi. Karena, berdasarkan opini publik yang terbentuk, pendidikan di lingkung Kementerian Agama ini di bawah perguruan tinggi Kemendikbud. Sehingga ini menjadi tantangan kita bersama,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Sumanta, alasan IAIN Syekh Nurjati ingin bertransformasi, yaitu juga demi meningkatkan daya saing baik di tingkat nasional maupun internasional, meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian yang mengintegrasikan sains, teknologi, dan seni dengan Islam.
Juga, kata rektor, meningkatkan kontribusi terhadap masyarakat yang beradab, menerapkan good university governance, dan memfasilitasi guru madrasah atau yang berada di pesantren yang belum menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi.
“Itu juga merupakan salah satu alasan ditunjuknya IAIN Syekh Nurjati Cirebon oleh Kementerian Agama untuk menjadi universitas Islam siber,” terangnya.
Sementara itu, Asesor Visitasi Transformasi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi UIN, Prof Dr H Dede Rosyada MAg mengungkapkan, transformasi di kampus ini unik, pasalnya tidak hanya UIN tapi juga berbasis siber. Namun, kata dia, memang ada beberapa penilaian terkait kesiapan untuk menjadi UIN, seperti SDM, sistem managemen keuangan, mutu yang khas, dan beberapa aspek lainnya,
“Jadi kita di sini itu untuk memvisitasi IAIN Syekh Nurjati Cirebon kesiapan-kesiapan transformasi tersebut. Data-data kami itu sebenarnya sudah selesai dan dikerjakan di sekretariat. Tinggal kita ke sini itu untuk mendapat kepastian terkait kesiapan tersebut,” jelasnya.
Bahkan, Prof Dede mengungkapkan, presentasi yang dipaparkan Rektor IAIN Syekh Nurjati sangat menarik. Pasalnya, kata dia, salah satu tujuan dari transformasi ini adalah meningkatkan akses. Untuk itu, cara yang digunakan untuk mewujudkannya yaitu, ketika sudah berubah nanti jangan menaikan harga dan harus tetap murah.
“Bahkan ada UIN setingkat UIN Jakarta itu bisa sarjana hanya berbekal uang sebesar Rp3,5 juta, itu dari awal masuk sampai wisuda. Ketika mereka bekerja itu bisa mendapatkan gaji lebih dari biaya kuliah tersebut, jadi mereka kan untung. Nah peran UIN dan IAIN itu seperti itu, mentransformasikan orang. Makanya saya sepakat dengan yang dipaparkan Pak Rektor,” tuturnya.
BACA JUGA: IAIN Cirebon, Belum UIN Sudah Punya Mahad
Untuk itu, terang Prof Dede, IAIN Syekh Nurjati Cirebon harus membuat system ekonomi yang luar biasa, tapi murah. Sehingga, masyarakat di pedesaan yang memiliki keterbatasan ekonomi dapat bisa mendapatkan pelayanan pendidikan dengan baik.
“Terlebih IAIN Cirebon juga sedang berupaya untuk beralih status dari Satker PNBP menjadi BLU. Jadi UIN dan BLU ini harus simultan, sehingga dapat menciptakan suatu sistem yang lebih fleksibel dan manageble. Saya juga setuju betul soal integrasi keilmuan, jadi integrasi keilmuan dan sains itu tidak hanya sekadar wacana dan diskursus saja, tapi juga dapat diwujudkan dalam sebuah aksi yang komprehensif,” pungkasnya. (Arif)