KUNINGAN, SC- Sekretaris Jendral (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI), Prof Dr H Nizar MAg membahas proses transformasi lembaga dalam rapat kerja Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang digelar di salah satu hotel di wilayah Kabupaten Kuningan, Selasa (16/3/2021).
Dia menyarankan, predikat siber dalam transformasi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) hanya berupa tagline.
“Ini sebenarnya icon saja, namanya tetap UIN tapi taglinenya adalah universitas Islam siber,” paparnya.
Karena, kata Nizar, siber ini bukan menjadi penamaan, tetapi merupakan metodologi, strategi, dan perangkat saja dalam proses akademik maupun non akademik di UIN Syekh Nurjati.
“Jadi ini adalah tagline. Namanya UIN Syekh Nurjati tetapi taglinenya universitas siber,” ujarnya.
Dari sisi tools, terang Nizar, universitas siber itu sangat diidam-idamkan. Karena, segala layanan belajar, baik akademik maupun non akademik berbasis IT.
Untuk itu, inti dari universitas siber ini adalah bagaimana UIN Syekh Nurjati dapat menjadi pionir dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Karena, itu belum ada di lingkungan perguruan tinggi lain.
“Maka munculah siber. Tapi core (inti) luringnya setelah pandemi Covid-19 tetap jalan. Tetapi semua basis toolsnya menggunakan IT,” terangnya.
Namun, ungkap Nizar, jika ingin menjadi universitas siber, ada 3 syarat minimal yang harus dipenuhi. Yaitu, yang pertama adalah infrastruktur IT. Jadi, perangkat-perangkat hardware IT di UIN Syekh Nurjati ini harus paling bagus se-Indonesia. Transformasi teknologi inipun menjadi keharusan untuk menghadapi era yang terus berkembang.
“Infrastruktur ini mahal. Untuk itu, jika UIN Syekh Nurjati ini bisa mengawali, ini akan hebat. Tinggal disiapkan tim yang kuat. Perspektifnya bukan sekarang, tapi 10 sampai 20 tahun ke depan. Prediksi perkembangan IT ke depan seperti apa, sehingga membutuhkan server yang besar untuk menampung data semuanya, kecepatan jaringan internet. Itu semua harus yang tercanggih, karena semua pelayanan akademik dan akademik itu basisnya adalah IT, sehingga semuanya dapat terkontrol,” jelas Nizar.
Kemudian, lanjut Nizar, adalah sumber daya manusia (SDM) yang melek IT. Pasalnya, jika semua perangkat canggih tersebut tidak ditunjang dengan SDM yang memadai, maka hal ini akan percuma. Untuk itu, hal ini merupakan transformasi budaya yang sebelmnya manual beralih menggunakan teknologi.
“Seperti dosen itu harus bisa mengombinasikan perkuliahan daring dan luring dan itu perlu penguasaan teknologi, kalau tidak itu kita akan disalip mahasiswa. Untuk itu statutanya harus diubah, semuanya harus melek IT,” ujarnya.
Kemudian, papar dia, yaitu sistem aplikasi harus lengkap. Jadi, infrastruktur, SDM, dan aplikasi harus lengkap dan semua sivitas akademika UIN Syekh Nurjati harus melek IT.
BACA JUGA: Tatap UISSI, IAIN Cirebon Sudah Smart Campus
“Tinggal identifikasi, kebutuhan aplikasi akademik dan non akademik itu apa saja. Itu harus diinfentarisir semua. Karena ada aturan baru, untuk membuat aplikasi harus seizin Kementerian Komunikasi dan Informasi,” kakatnya.
Namun, Nizar mengaku, pihaknya tetap mengapresiasi transformasi UIN Syekh Nurjati, namun harus ditunjang dengan 3 syarat tersebut harus dipenuhi. Sehingga, jika ada yang ingin belajar terkait perguruan tinggi yang berbasis IT itu dapat datang ke kampus ini. (Arif)