DI era digitalisasi saat ini, pengaruh gadget (gawai) terhadap perubahan sikap dan mental anak menjadi tamparan yang keras bagi setiap orang tua. Pasalnya, saat ini bukan hanya orang dewasa saja yang memiliki ketergantungan terhadap gadget, ironisnya anak-anak pun tak bisa lepas dari gadgetnya. Karena itu, dibutuhkan bimbingan serta pantauan yang intensif dari orang tua, salah satunya bimbingan konseling Islam yang penting untuk kesehatan mental anak-anak.
Hal itu diungkapkan, konselor yang juga menjadi dosen di jurusan KPI IAIN Cirebon, Asriyanti Rosmalina MAg. Menurut perempuan kelahiran Ciamis yang akrab disapa Asri itu, bimbingan konseling Islam sangat penting untuk kesehatan mental anak-anak, apalagi di era digitalisasi dan pandemi Covid-19 ini.
Menurut Asri, penting bagi orang tua memberikan bimbingan dan konseling berbasis Islami, untuk membentuk karakter anak yang memiliki akhlakul karimah dan perpedoman pada Alqur’an dan hadits.
“Anak-anak memang sudah banyak yang dipengaruhi oleh gadget, tapi tidak semua anak, itu bagaimana penerapan pola asuh dari orang tuanya. Orang tua memegang peran penting untuk membentuk karakter anak . Kita sebagai orang tua perlu bijaksana dan memberikan bimbingan Islami kepada anak,” kata Asri kepada Suara Cirebon, Minggu (7/3/2021).
Dosen yang juga aktif menulis jurnal dan buku itu menambahkan, saat anak banyak dipengaruhi (tidak bisa lepas) dari gadgetnya di manapun dan kapanpun, perlu ada tindakan dari orang tuanya.
“Dengan cara masuk ke dalam dunianya, orang tua harus tahu apa yang dimainkan (dengan gadgetnya, red). Setelah mengetahui, maka berikan batasan waktu mainnya dengan diajak komunikasi, misal ditanya belajar daringnya, tugas-tugasnya, pelaksanaan ritual ibadahnya apakah sudah salat, ngaji dan rutinitas lainnya seperti olahraga, bersih-bersih, beres-kamarnya, dan lainnya,” paparnya.
BACA JUGA: Fifi Novianty, Tekuni Literasi Sarat Prestasi
Maka dari itu, lanjut Asri, setiap orang tua harus memahami juga kondisi dan psikologi dari anaknya. Agar, lanjut Asri, ketika anak tersebut diberi bimbingan atau nasihat, mereka dapat menerima nasihat tersebut, sehingga anak pun menuruti apa yang diperintahkan orang tuanya.
“Anak itu memiliki dunianya sendiri, di mana anak menciptakan dunianya sesuai dengan fase perkembangannya. Dengan begitu, untuk menerapkan bimbingan konseling Islam, kita sebagai konselor atau sebagai orang tua perlu adanya pemahaman mengenai fase perkembangan anak, menej waktu, dampak penggunaan gadget dan bagaimana mengalihkan anak kepada hal yang lebih positif. Sehingga, kita mampu menerapkan bimbingan konseling yang berbasis Islami,” ujarnya.
Dengan begitu, Asri yakin bahwa setiap anak akan memahami dan menerima apa yang diperintahkan oleh orang tuanya, dengan bimbingan konseling berbasis Islami tersebut. Sehingga, akan terciptanya kesehatan mental atau psikologi pada setiap anak. (Yusuf)