KABUPATEN CIREBON, SC – Kesan pertama bagi siapapun yang mengunjungi Masjid Al-Karomah atau yang biasa disebut Masjid Kramat Depok, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, ingatannya pasti akan tertuju pada masjid-masjid tua lainnya di Cirebon, seperti Masjid Merah Panjunan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Hal itu karena, arsitek dan ornamen bangunan Masjid Kramat Depok tampak sangat mirip dengan kedua masjid tersebut.
Marbot Masjid Al Karomah, Hasyim (56), meyakini masjid kebanggan masyarakat Desa Depok tersebut, didirikan pada era yang sama dengan Masjid Merah Panjunan ataupun Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Menurutnya, usia masjid Kramat Depok sangat tua sekali dan diyakini dibangun oleh para Wali. Karena itu, pihak pengurus masjid tetap mempertahankan warna merah pada batanya sekarang.
“Bangunan utama yang masih asli adalah bagian paling depan,” kata Hasyim, Kamis (15/4/2021).
Sedangkan beberapa ruangan lainnya merupakan ruangan tambahan setelah ada perluasan. Sehingga, saat ini totalnya ada empat ruangan utama.
“Setelah ada penambahan dan perluasan sekarang totalnya menjadi ada empat ruangan,” kata dia.
Dijelaskan Hasyim, keempat ruangan itu yakni ruangan asli yang berada paling depan, kemudian ruangan kedua berada persis di belakang ruang pertama dan masih masuk bagian dalam masjid. Kemudian ruangan ketiga adalah teras masjid dan ruangan keempat adalah pendopo tempat istirahat atau tempat jemaah beriktikaf.
Masih menurut Hasyim, di dalam masjid ini juga terdapat satu tempat yang dulu digunakan sebagai tempat rapat atau musyawarahnya para wali. Tempat tersebut, dahulu disebut padepokan. Dikatakannya, Masjid Al-Karomah punya banyak sebutan lainnya mulai dari Masjid Gantung, Masjid Merah, dan Masjid Ngapung.
“Masjid ini berdiri sekitar abad 13-an. Dulu Desa Depok ini dikenal sebagai salah satu desa yang banyak syekh-nya,” ujarnya.
Disebut Masjid Ngapung atau Masjid Gantung, lanjut dia, karena posisi bagian bawah pengimaman tergerus air Sungai Jamblang. Hal itu, karena letak masjid ini berada di pinggir Sungai Jamblang. Meski tergerus air, namun tempat pengimaman masjid itu tidak longsor atau amblas terbawa arus air.
“Pada masa pandemi ini justru banyak jemaah yang berkunjung. Bahkan kalau Salat Jumat sampai membludak ke areal parkir. Kemudian kegiatan-kegiatan keagamaan di sini ada saja, anak-anak ngaji juga ada. Kalau malam Jumat tahlil sampai menjelang subuh, apalagi kalau Jumat Kliwon, jemaahnya lebih dari 100 orang. Setiap malam Selasa juga ada tahlil Syekh Maujud dan acara bulanan juga ada semacam sholawat nariyah dan lainnya,” paparnya.
Sementara itu, dilansir dari situs sejarah cirebon disebutkan, pembangunan Masjid tersebut tidak diketahui pasti. Hal itu dikarenakan tidak adanya candra sangkala pada masjid. Hanya saja pemerintah Kabupaten Cirebon memperkirakan masjid tersebut didirikan sejak abad ke-14 atau 15 Masehi awal.
Dalam buku Mengenal Lebih Dekat 161 Situs di Kabupaten Cirebon yang ada di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, dijelaskan, Masjid Al-Karomah Depok merupakan masjid yang didirikan oleh para wali. Hal ini ditandai dengan adanya “tatal” yang terdapat di atas saka (tiang) masjid dan sebuah lumpang berlubang sebelas peninggalan dari Pangeran Panjunan (dahulunya digunakan untuk membuat terasi) dan sampai sekarang keberadaan lumpang tersebut masih ada.
BACA JUGA: Remaja Sicalung Adakan Studi Islam Ramadan
Sama halnya dengan tahun pendiriannya, tokoh pendiri Masjid Kramat Depok-pun masih misteri. Hal tersebut karena ada beberapa versi seputar pendirian masjid tersebut. Menurut sebuah cerita yang masyhur di masyarakat Depok, masjid ini dibangun secara tiba-tiba dengan hanya memerlukan waktu satu malam dan didirikan oleh orang-orang yang memiliki kelebihan (para Waliyullah). Hal ini dibuktikan dengan adanya batu yang berada di kawasan Masjid Depok (sekarang berada di ruangan kedua Masjid) yang menjadi tempat singgah atau bermusyawarah para Wali di tempat tersebut.
Selain versi di atas, terdapat versi lain yang menyatakan bahwa Masjid Depok berawal dari sosok Syekh Pasiraga, salah seorang cucu dari Sunan Gunung Jati dari ayah Pangeran Trusmi (Pangeran Sumbu Mangkurat yang menikah dengan Nyi Mas Babadan) yang ketika melihat dari kata Depok adalah penamaan dari padepokan yang menjadi tempat untuk menempa ilmu ajaran Islam dan kanuragan. Pendirian Masjid tersebut dimungkinkan berdiri pada saat bersamaan dengan proses penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Banyaknya versi seputar pendirian Masjid Kramat Depok menjadikan sejarah pendirian dan siapa tokoh yang mendirikan masjid tersebut masih misteri. Meski begitu semuanya sepakat bahwa Masjid Al-Karomah Depok merupakan masjid kuno yang keberadannya masih lestari hingga kini. (Islah)