KABUPATEN CIREBON, SC- Prediksi Kementerian Pertanian (Kementan) terkait punahnya petani pada 2063 bukanlah hal yang mengada-ngada. Prediksi tersebut justru harus disikapi dengan bijak. Pasalnya, kondisi tersebut tentu cukup mengkhawatirkan karena fakta di lapangan sudag mulai terjadi.
Hal tersebut dikemukakan anggota DPRD Jawa Barat, Bambang Mujiarto. “Ini tentu sebuah kondisi yang merupakan fakta di lapangan. Kita tahu bersama, saat ini generasi penerus bangsa lebih concern di bidang lain yang lebih menjamin, mereka anak-anak muda sedikit sekali yang mau jadi petani,” kata dia, kemarin (27/4/2021).
Menurut Bambang, persoalan ini perlu segera diatasi untuk menjaga eksistensi petani berkelanjutan. Caranya, tentu dengan dukungan dari semua elemen masyarakat, baik dari eksekutif maupun legislatif.
Selain itu, lanjut dia, perlu adanya inovasi dan terobosan dengan mengenalkan pertanian sejak dini melalui dunia pendidikan. Bambang menyebut, salah satu caranya ialah dengan menggunakan pendekatan pendidikan baik formal maupun non formal. “Salah satunya dengan cara memperbanyak sekolah pertanian,” tukasnya.
Bambang menjelaskan, di Jawa Barat sendiri, jumlah sekolah pertanian sangat minim jika dibandingkan dengan Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK) berbasis industry manufacture.
“Ini perlu dikaji, apakah diperlukan untuk menjaga eksistensi petani dan mengenalkan pertanian sejak usia dini kepada para pelajar. Kalau petani tidak ada, kita mau makan apa, apa semuanya harus impor?” Ucapnya.
Karena itu, iapun mendorong pemerintah provinsi agar mulai melakukan kajian dan salah satu opsinya ialah membentuk sekolah pertanian.
Sementara itu, Plt Kepala DInas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ir Wasman mengatakan, jumlah petani di Kabupaten Cirebon berkurang 5 persen setiap tahunnya. Kondisi tersebut dipengaruhi berbagai faktor, dua faktor di antaranya karena meninggal dunia dan beralih profesi. Namun faktor yang serius ialah penurunan drastis minat anak-anak muda terhadap pertanian.
“Mayoritas petani kita adalah mereka generasi yang sudah tua, sementara yang muda sudah enggan menjadi petani karena dirasa tidak bisa menjanjikan masa depan. Dan kondisi itu diperparah dengan banyaknya petani yang beralih profesi ke bidang lain,” ujar Wasman.
Berdasarkan data yang ada, kata dia, saat ini di Kabupaten Cirebon ada sekitar 3.660 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang tercatat di Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon. Sementara untuk jumlah petani yang saat ini terdata berjumlah sekitar 70 ribu petani.
Ditambahkan Wasman, mendorong anak-anak muda atau generasi milenial agar punya keinginan menjadi petani merupakan PR bersama. Karena saat ini profesi petani dipandang bukan profesi yang menjanjikan. Sehingga sangat sedikit anak-anak yang bercita-cita menjadi petani. (Islah)