KOTA CIREBON, SC- Sejumlah siswa mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka di SMAN 1 Kota Cirebon, Senin (24/5/2021).
Pelaksanaan simulasi ini sudah sesuai dengan persyaratan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM), meski masih ada beberapa yang harus diperbaiki.
Kepala SMAN 1 Kota Cirebon, Dr Nendi SPd M.M mengakatkan, pihaknya siap melaksanakan PTM yang sesuai dengan ketentuan berlaku dan memenuhi protokol kesehatan Covid-19.
Nendi menjelaskan, simulasi pelaksanaan PTM itu dilakukan setelah rapat dengan komite dan telah mengusulkan ke Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah X Jawa Barat. Sehingga, pelaksanaan simulasi dapat berlangsung.
“KCD sudah turun, kami layak membuka simulasi pembelajaran tatap muka, ada beberapa yang harus diperbaiki, Puskesmas pun sudah turun, dan beranggapan sudah layak,” ungkap Nendi.
BACA JUGA: PPDB Tahun 2021 Masukan Pilihan Sekolah Swasta
Koordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 setempat pun sudah dilakukan Nendi dan timnya langsung dengan Sekretaris Daera (Sekda) selaku Ketua Satgas Covid-19 Kota Cirebon.
Lanjut Nendi, setelah berkoordinasi Satgas Covid-19 Kota Cirebon, diisyaratkan beberapa hal yang harus dipenuhi, di antaranya rekomendasi dari tim kesehatan, secara tertulis.
“Memang rekomendasi secara tertulis dari tim kesehatan belum, tapi semua guru di SMAN 1 ini sudah rapid antigen dan hasilnya semua negatif,”ucapnya.
Tak hanya itu, Nendi juga memastikan seluruh tenaga di SMAN 1 Kota Cirebon ini, termasuk tenaga TU, guru, penjaga sekolah sampai satpam sudah menjalani vaksinasi Covid-19.
Pantauan Suara Cirebon, teknis simulasi PTM ini, siswa yang akan mengikuti simulasi memasuki akses khusus yang sudah disiapkan pihak sekolah, termasuk disiapkan tempat cuci tangan.
Bukan hanya itu saja, selama pembelajaran berlangsung, siswa tidak diperkenankan saling tukar menukar alat tulis dan sejenisnya. Sementara untuk jadwal operasionalnya setiap kelas sudah ditetapkan.
BACA JUGA: Indeks Pendidikan Kabupaten Cirebon Urutan ke-25 dari 27
“Kelas X empat hari, jadi dalam satu bulan dua minggu bergantian, jumlah siswa maksimal 18 per kelas,” jelasnya.
Nendi mengungkapkan, simulasi merupakan langkah awal untuk mengikuti program pemerintah, bulan Juli. Pada masa adaptasi kebiasaan baru ini, Nendi juga tidak memperbolehkan kantin di sekolah beroperasi, siswa dianjurkan membawa makanan sendiri dari rumah, serta jam istirahat pun akan ditiadakan.
“Masuk jam 08.00 sampai waktu duhur, mata pelajarannya yang dianggap sangat memerlukan tatap muka, pembelajaran juga tetap diback up daring,” ucapnya.
Nendi berharap, di tengah pandemi Covid-19 ini, jelang pelaksanaan pembelajaran tatap muka segela kesiapan dapat berjalan dengan lancar serta dapat kembali normal. (Surya)