KABUPATEN CIREBON, SC- Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang akan berangkat ke luar negeri mendapat vaksinasi Covid-19. Mereka diusulkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertran) Kabupaten Cirebon untuk mendapat vaksinasi sebagai syarat bekerja di luar negeri.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Cirebon, Hj Enny Suhaeni, mengatakan, pelaksanaan vaksinasi bagi CTKI dilaksanakan di salah satu rumah sakit (RS) swasta di wilayah Kecamatan Sumber, bersamaan dengan vaksinasi lanjutan bagi pelayan publik dan lansia. Data CTKI yang menjalani vaksinasi tersebut, lanjut Enny, berdasarkan usulan dari Disnakertran Kabupaten Cirebon.
Menurut Enny, CTKI yang menjalani vaksinasi jumlahnya sekitar seratusan orang. Jumlah tersebut, baru dari salah satu perusahaan jasa pengerah tenaga kerja Indonesia (PJKTI) ke luar negeri saja.
“Ada permintaan Disnakertran untuk Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang akan berangkat, kan diharuskan untuk vaksinasi dulu. Jadi karena ada permintaan ya kita fasilitasi. Dan itu baru dari satu perusahaan yang memproses TKW ke luar negeri saja,” kata Enny, usai meninjau pelaksanaan vaksinasi bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Cirebon, Selasa (8/6/2021).
Enny menjelaskan, target vaksinasi dengan sasaran pelayan publik, lansia hingga CTKI ini sebanyak 1.000 vaksin.
“Kegiatan ini bekerja sama dengan Polresta Cirebon dan RS Sumber Hurip, kita targetkan 1.000. Karena vaksinatornya dari Polresta Cirebon juga. Mudah-mudahan bisa lebih dari 1.000,” kata Enny.
Namun, lanjut Enny, sampai saat ini cakupan vaksinasi untuk lansia memang masih cukup rendah. Dari 158.605 sasaran lansia, menurut dia, saat ini baru 6.399 atau 3,09 persen lansia yang divaksin. Bahkan, untuk vaksinasi dosis kedua angkanya baru mencapai 1 persen.
“Tapi ini memang masih berjalan di 60 puskesmas,” kata Enny.
Rendahnya cakupan lansia tersebut, kata Enny, dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya karena pendaftaran vaksinasi lansia harus melalui aplikasi. Belum lagi soal jaringan internet dan kepemilikan handphone. Karena tidak sedikit lansia atau keluarga lansia yang tidak memiliki handphone android.
“Kendalanya pendaftaran lansia kan harus lewat aplikasi. Kemudian soal jaringan dan lansia yang tidak punya HP. Jadi boro-boro untuk daftar, mungkin keluarganya juga tidak punya HP,” ujar Enny.
Selain itu, lanjut Enny, juga karena masih tingginya hoaks atau informasi negatif yang beredar di tengah masyarakat tentang vaksinasi. Sehingga, dengan adanya hoaks tersebut, para lansia merasa takut untuk melakukan vaksinasi.
Faktor lain yang membuat cakupan vaksinasi lansia masih rendah, imbuh Enny, ialah karena faktor akses. Oleh karena itu, pihaknya mencoba bekerja sama dengan RS swasta, ojek online (ojol) dan memaksimalkan seluruh Puskesmas di Kabupaten Cirebon untuk mendekatkan pelayanan kepada para lansia.
“Bahkan bukan hanya di Puskesmas, tapi vaksinasi lansia ini juga dilaksanakan di tiap-tiap desa,” paparnya.
BACA JUGA: Forkopimcam Pantau Vaksinasi di Cengkuang
Terpisah, Kepala Disnakertrans Kabupaten Cirebon, H Hartono, membenarkan adanya usulan vaksinasi bagi CTKI tersebut. Hal itu lantaran, setiap CTKI yang akan berangkat ke luar negeri diharuskan mendapat suntikan vaksin Covid-19 terlebih dahulu.
Mulanya, kata Hartono, data CTKI yang diusulkan mendapat suntikan vaksin Covid-19 hanya 37 orang. Jumlah tersebut kemudian berubah setelah penambahan sebanyak 50 orang CTKI.
“Data Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) yang diusulkan untuk vaksinasi di Dinkes sebanyak 37 orang. Kemudian ada penambhan 50, jadi totalnya ada 87 orang,” katanya. (Islah)