JALAN Syekh Datul Kahfi di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon tidak kunjung diperbaiki. Sejumlah pengrajin batik di wilayah setempat pun mengaku malu kepada para wisatawan yang melintas di lokasi tersebut.
Pasalnya, seperti diketahui, daerah Trusmi ini menjadi salah satu destinasi wisata ikonik di Kabupaten Cirebon yang kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Selain itu, kerusakan jalan yang sudah bertahun-tahun dan belum diperbaiki ini pun dikeluhkan pengendara yang melintasi jalan tersebut.
Trusmi menjadi jantung sekaligus tempat bersejarah tumbuh kembangnya batik di Cirebon. Namun, jalanan yang melintasi wilayah ini tidak mencerminkan betapa pentingnya kawasan tersebut. Karena bukan rusak biasa, tetapi hampir sepanjang dan selebar jalannya dipenuhi lubang besar.
Ketua asosiasi sekaligus perajin batik, Rukadi mengungkapkan, beberapa tahun lalu sudah ada rencana perbaikan jalan tersebut. Tidak hanya itu, jalan ini juga akan diperlebar karena wilayah Trusmi diproyeksi menjadi destinasi wisata batik dan religius.
“Cuma itu sakleknya masyarakat Trusmi. Sebab, masyarakat sekitar jalan meminta kompensasi harga cukup tinggi. Melebihi ibu kota Jakarta, Tanah Abang, seharga Rp50 juta per meter. Artinya, pemerintah tidak mampu,” ungkap Rukadi, Rabu (27/10/2021).
Akhirnya, sambung dia, anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan Pasar Batik Trusmi. Namun, menurut Rukadi, seharusnya hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan. Tetapi, harus ada upaya untuk perbaikan jalan tersebut. Karena, fungsi jalan tidak hanya untuk para wisatawan, tetapi untuk masyarakat yang melintas.
Rukadi mengaku, dirinya mendengar informasi yang beredar di masyarakat terkait penyebab tidak kunjung diperbaikinya jalan tersebut. Yaitu, mulai dari dugaan sejumlah pemilik showroom batik yang enggan membayar pajak, hingga masalah perizinan showroom yang belum didapat.
“Saya tidak tahu masalahnya apa, entah karena belum bayar pajak atau katanya pengusaha showroom itu tidak didaftarkan. Saya tidak tahu,” jelasnya.
BACA JUGA: Cari “Lahan” Lain Saja, Jangan Ganggu Batik Mande Praja Caruban
Yang jelas, dia berharap, jalan rusak tersebut segera diperbaiki. Karena, wilayah Trusmi merupakan ikon Cirebon.
“Bisa dibilang, Cirebon dan Trusmi yang dikenal Trusminya. Malu, ini harusnya menjadi tamparan untuk pemerintah,” tegasnya.
Di sisi lain, warga sekitar yang sehari-hari beraktivitas melewati jalan tersebut, Fani membeberkan, kendaraan yang digunakannya kerap mengalami kerusakan akibat melintas di kerusakan jalan tersebut, salah satunya pecah ban.
“Bertahun-tahun, jalan tuh diperbaiki, saya motor sampe lepas murnya. Ban motor beberapa kali pecah,” tuturnya.
Apalagi, ungkap dia, saat memasuki masa musim hujan dapat lebih membahayakan pengendara. Karena, lubang yang menganga di jalan tersebut tidak terlihat karena tergenang air.
Warga lainnya, Seful mengatakan, dirinya mengalami kerusakan kendaraan akibat jalan tersebut. Bahkan, menurut dia, jika sehari-hari melewati jalan ini, shockbreaker kendaraan pun dapat rusak.
“Capek lewat sini itu, capek. Ya, minimal shockbreaker bisa rusak,” tutupnya. (Sarrah/Job)