KABUPATEN CIREBON, SC- Pelaku kejahatan seksual sodomi seringkali dicap sebagai seorang homoseksual. Padahal hal tersebut belumlah pasti, sebab antara orientasi seksual, perilaku seksual dan identitas seksual, itu berbeda. Hal itu dikemukakan, aktivis perempuan, Alifatul Arifiati dalam Seminar Nasional yang digelar di Kampus IAI BBC, Rabu (22/12/2021).
Menurutnya, masyarakat umum seringkali menyamakan antara orientasi seksual, perilaku seksual dan identitas seksual. Padahal ketiganya merupakan hal yang berbeda.
Ia mencontohkan, seorang pelaku sodomi bisa jadi seorang heteroseksual atau normal, karena sodomi merupakan perilaku seksual bukan orientasi seksual. Berbeda dengan, seorang pria A menyukai pria B, barulah dapat disebut sebagai homoseksual, atau perempuan menyukai perempuan baru dikatakan lesbian.
“Kadang-kadang kita salah paham terkait identitas seksual dan ekspresi seksual serta perilaku seksual. Misal homoseksual dan sodomi kadang-kadang kita selau menyatukan kalau homo itu pelaku sodomi, kenyataan itu berbeda,” papar Alif, sapaan akrab Alifatul Arifiati.
BACA JUGA: Jangan Takut Lapor! PSGA IAIN Cirebon Edukasi Mahasiswa Terkait Kekerasan Seksual
Sodomi atau perilaku seksual, menurutnya, dapat dilakukan baik itu pasangan normal atau pasangan laki-laki perempuan. Sementara, orientasi seksual lebih merujuk pada perasaan, kenyamanan seseorang pada sesama gendernya.
“Semua orientasi seksual bisa laki dengan laki, perempuan-laki, perempuan-perempuan,” ujarnya.
Mungkin, lanjutnya, dalam ajaran ilmu fiqih perilaku sodomi berhubungan erat dengan homoseksual. Padahal di kehidupan saat ini, sodomi bisa dilakukan orientasi seksual manapun.
“Sodomi bisa terjadi karena suka sama suka ataupun dengan unsur paksaan, baik itu kepada pria ataupun wanita dan yang jelas utamanya perempuan harus hati-hati,” tutupnya. (Sarrah/job)