KABUPATEN CIREBON, SC- Jumlah anggaran perbaikan bangunan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cirebon, tidak sebanding dengan jumlah bangunan sekolah yang ada. Akibatnya, banyak bangunan sekolah yang kondisinya mengkhawatirkan karena mengalami rusak sedang hingga berat.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Deny Supdiana mengatakan, bangunan SD maupun SMP yang mengalami kerusakan dengan kategori mengkhawatirkan karena rusak berat maupun sedang, jumlahnya mencapai sekitar 40 persen dari seluruh jumlah sekolah yang ada. Untuk SD, kata dia, jumlahnya sekitar 969 sekolah dan SMP sekitar 194 sekolah.
“Kalau diklasifikasikan sekolah yang mengalami kerusakan sangat mengkhawatirkan sekitar 15 persen baik SD maupun SMP. Namun,kadang-kadang itu juga ada yang tidak bisa diprediksi seperti kemarin (beberapa waktu lalu, red) SD Cangkoak. Itu sudah kita siapkan di anggaran 2022, sudah kita survei ternyata ambruk duluan, padahal itu bukan prioritas,” ujar Deny, Senin (3/1/2022).
Ia menilai, perbaikan bagi sekolah yang mengalami kerusakan berat maupun sedang selalu kejar mengejar antara yang direhab dengan yang rusak. Jika dihitung, jumlah sekolah yang mengalami kerusakan sebanyak 40 persen tersebut, anggarannya lumayan tinggi. Untuk SD saja, kalau semua perbaikan didanai, anggarannya mencapai angka Rp400 miliar.
“Itu belum termasuk SMP. Jadi kita tidak bisa kuat sekaligus karena yang ini diperbaiki tidak tahunya di (sekolah, red) sana sudah rusak.Ini permasalahan kita bersama,” jelas Deny.
BACA JUGA: Disdik Kabupaten Cirebon Bakal Urunan Bantu SDN I Waleddesa
Ia mengakui, perbaikan untuk sekolah yang mengalami kerusakan masih terkendala anggaran yang memang masih minim. Begitupun dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Deny menyebut tidak dapat membantu secara maksimal. Karena pemerintah pusat tidak bisa langsung menggelontorkan anggaran secara keseluruhan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Dapodik itu kan walaupun kita memberikan data ke pemerintah pusat juga tidak bisa langsung menggelontorkan semuanya melalui DAK. Mereka ada formulanya, tidak semua bisa digelontorkan semuanya ke sini,” pungkasnya. (Islah)