CIREBON, SC- Pengurus Komisariat (PK) Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, adakan Bedah Buku dan Ngaji Kebudayaan dalam rangka hari lahir ke-3 PK MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Ahad (20/2/2022).
Acara yang berlangsung di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon turut mengundang beberapa narasumber, diantaranya Dr. KH. Suteja, M.Ag
(Wadek III Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Pembina PK MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon), KH. Jaelani Sa’id, M.Ag (Pengurus Yayasan TQN Suryalaya Cirebon) sebagai narasumber dan pembanding bedah buku serta Kiai Mohammad Luthfi Yusuf NZ, MA (Pengasuh PP. Al-khiyaroh Buntet Pesantren Cirebon) dna Farihin, S. Hum (Pustakawan Keraton Kanoman Kota Cirebon) sebagai narasumber ngaji kebudayaan.
BACA JUGA: Akhir Februari 2022, FSEI IAIN Cirebon Jadi 2 Fakultas
Narasumber I ngaji kebudayaan Kiai Mohammad Luthfi Yusuf NZ, MA mengucap, mindset kita kalau mendengar sufi atau thoriqoh pasti terbayang bahwa orang sufi ialah orang tradisional yang individualis, tapi sejatinya orang sudi bukan seperti itu.
“Kalau kita berbicara tentang sufi, yang terfikir oleh kita adalah orang yang ada di gua, orang yang apolitis, orang yang tidak mempunyai sensitifitas, orang yang kampungan. Padahal salah satu thoriqoh mu’tabarah yang ada di Indonesia itu pernah menawarkan sufi tapi tetap dengan mengenal dunia. Kita tahu sendiri bahwa jumlah thoriqoh di dunia ada 145, kalau kita saring thoriqoh Al-Mu’tabarah yang ada di Nahdlatul Ulama itu ada 45. Kalau di Buntet sendiri ada dua thoriqoh besar yakni thoriqoh Syatoriyyah dan thoriqoh Tijaniyyah.” Tuturnya
Melanjutkan, “Ada salah satu thoriqoh yang menawarkan perpaduan antara sufi dan modern, jadi ia itu taqorub kepada Allah tanpa menghilangkan kedekatan kepada Allah yaitu thoriqoh At Tijani. At Tijani adalah thoriqoh menawarkan kedekatan kepada Tuhan dan kedekatan kepada manusia.” Ucap Ketua Bidang Kepesantrenan YLPI Buntet Pesantren itu.
BACA JUGA: Tingkatkan Akreditasi, IAIN Cirebon Lakukan Percepatan Kenaikan Pangkat
Kegiatan yang bertemakan “Respons Tasawuf dalam Peradaban Kebudayaan Modern” berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) HTQ IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan turut dihadiri oleh Pembina PK MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Rois Idarah Syu’biyyah JATMAN Kota Cirebon, PC MATAN Cirebon, PK MATAN Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon, PKPT IPNU-IPPNU IAIN Syekh Nurjati Cirebon, PK IMM IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Organisasi ekstra lain.
Sementara itu, Dr. KH. Suteja, M.Ag selaku narasumber bedah buku, bertutur buah dari thoriqoh dan tasawuf sangat banyak, bahkan di dunia ini kalau tidak ada tasawuf dan thoriqoh tidak ada orang yang mendoakan orang yang fasik
“Di dunia ini kalau tidak ada tasawuf maka tidak ada toleransi beragama, tidak ada moderasi beragama, tidak ada orang mendoakan pezinah masuk surga, tidak ada orang yang mendoakan orang fasik semoga masuk surga.”ucap Pengasuh PP. Nurul Iman Sumber Cirebon itu.
BACA JUGA: FUAD IAIN Cirebon Terbagi 2, Dekan: Segera Di-launching
Selaku pembanding bedah buku KH. Jaelani Said, M. Ag juga berucap, salah satu metode pensucian jiwa dan perbaikan diri adalah dengan bertasawuf dan berthoriqoh.
“Thoriqoh adalah model pembinaan kepribadian. Membantu murid muridnya mencapai pensucian jiwa dan perbaikan diri.” Ungkap Wakil I At Taqwa Center Kota Cirebon itu.
Farihin, S. Hum selaku narasumber II ngaji kebudayaan juga ikut menambahkan, Keterkaitan tarekat dengan kebudayaan itu sangat ada sekali sangat relevan sekali, sehingga kita tidak bisa jauh-jauh dari kebudayaan apalagi jauh-jauh dari tarekat. Karena selain tarekat mendekatkan diri kepada Tuhan di era sebelum kemerdekaan sampai kemerdekaan tarekat menjadi jalan jihad terhadap kolonial.
“Spirit spirit yang dilakukan oleh para Kyai itu rata-rata mereka yang pengamal tarekat hampir tidak ada mereka yang tidak bertarekat, semua ulama yang melawan penjajah itu ulama yang bertarekat. Seperti Syekh Yusuf Tajul Khalwati, al-makassari, Syekh Abdul Ghofar as-singkili tarekat Syattariyah, Syekh Nuruddin, Syekh Abdul Muhyi Pamijahan muridnya Abdul Rauf as-singkili pengamal tarekat syattariyah, Syekh Muqoyyim (Pendiri Pondok Buntet Pesantren) syathoriyah, Syekh Anwarudin Kriyani syathoriyah, Syekh Asy’ari Kendal, Syekh Soleh benda Kerep, Syekh Abbas buntet, Syekh Tolhah Kalisapu pengamal tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah muridnya Syekh Ahmad Khatib Sambas Kalimantan Barat dan Pangeran Diponegoro bertarekat dan lain-lain. Hampir seluruh seluruh ulama yang melawan penjajah itu adalah ulama-ulama yang berthoriqoh.” Ucap Alumni Jurusan Sejarah IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu.
Sementara itu, Khumaedi NZ selaku Ketua PK MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengucap, dalam HUT Ke-3 PK MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon masih butuh doa dan dukungan guru-guru, semoga MATAN IAIN selalu ikhlas berkhidmat.
“Masih butuh doa dan dukungan para kiai dan teman-teman semua semoga kedepannya MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon bisa terus mengabdi dan berkhidmat kepada agama, bangsa dan negara,” ungkapnya. (Ril)