Hal itu dikemukakan Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Cirebon, Hestu Wibowo, kepada awak media, Selasa (28/6/2022).
Menurut Hestu, tekanan inflasi selalu terjadi jelang hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.
BACA JUGA: BI Cirebon Siapkan Uang Tunai Rp2,5 Triliun
“Karena sekarang di tengah menjelang Idul Adha ini kita juga sedang menghadapi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK),” kata Hestu.
Dengan adanya wabah tersebut, lanjut Hestu, dikhawatirkan terjadi penurunan pasokan terhadap daging sapi untuk kebutuhan masyarakat menjelang Idul Adha ini. Sehingga, ketika pasokan terbatas namun kebutuhan meningkat, maka akan terjadi kenaikan harga yang bisa menekan inflasi.
Saat disinggung berapa besaran inflasi yang mungkin terjadi, Hestu mengaku belum menghitungnya.
BACA JUGA: Waduh! Wabah PMK Meluas Tulari Kerbau
“Belum kita hitung, tapi yang jelas langkah-langkah sudah dilakukan dengan pemda. Salah satunya kebijakan pencegahan dengan melakukan vaksin kepada hewan-hewan ternak dan juga melakukan pembatasan perluasan, artinya mobilisasi ternak dari daerah lain selalu melalui suatu proses pemeriksaan,” kata dia.
Selain itu, menurut Hestu, juga ada kebijakan hewan yang akan dijadikan kurban baik dari pedagang maupun peternak, semua harus memperoleh semacam surat keterangan sehat.
“Itu salah satu upaya agar pasokan terhadap daging sapi ini tidak terpengaruh atau tidak menurun dengan adanya wabah PMK ini,” terangnya.
BACA JUGA: Bisa Inflasi atau Deflasi, BI Tunggu Rilis BPS
Jika berkaca dari bulan Mei kemarin, imbuh Hestu, tekanan inflasi untuk wilayah Ciayumajakuning masih lebih rendah dibandingkan Jawa Barat dan nasional. Inflasi di Ciayumajakuning berkisar di angka 24,42 persen.
Hal itu menunjukkan, bahwa inflasi di Ciayumajakuning dapat terkendali dengan baik. Terlebih, sejauh ini pihaknya melalui TPID bersama Pemda dan instansi terkait lainnya sangat aktif dan kooperatif serta interaktif dalam melakukan mitigasi atau menempuh langkah-langkah kebijakan untuk menahan gejolak inflasi menjelang hari besar keagamaan.
“Kalau di Cirebon sama seperti yang lainnya, rata-rata tekanan yang paling besar di komoditas utama yaitu telur ayam dan cabai,” bebernya.
BACA JUGA: Menjaga Inflasi di Bawah 3%
Hal itu terjadi, lantaran 60 persen bahan pakan ternak masih melalui impor. Kondisi tersebut ditambah dengan adanya kondisi perekonomian global yang juga mempengaruhi harga barang-barang impor. Sehingga berpengaruh juga terhadap pakan ternak khususnya bagi telur ayam yang berpengaruh terhadap produksi atau produktivitas dari telur ayam.
Karena harga pakan ternak tinggi, maka banyak peternak yang mengurangi produktivitasnya sehingga juga mempengaruhi terhadap pasokan telur. Kondisi tersebut, berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.
“Pasokan terbatas otomatis memberikan tekanan,” jelasnya.
BACA JUGA: Dinas Pertannian : Daging Sapi PMK Boleh Dikonsumsi, Asal….
Dari pemantauan harga harian sementara, imbuh dia, belum terjadi lonjakan yang signifikan sehingga masih di ambang aman.
“Kami belum melihat ada gejolak karena belum terjadi lonjakan yang signifikan, jadi masih di ambang aman,” pungkasnya. (Islah)