Karena itu, Dadang mengimbau para orang tua untuk mengawasi anak remaja mereka, baik laki-laki maupun perempuan, utamanya dari circle atau lingkaran pertemanannya. Karena lingkaran pertemanan juga dinilai sebagai hal yang sama membahayakannya.
BACA JUGA: Pasutri Tega Paksa Anak Jadi PSK
“Kita pernah temukan pelajar yang open BO, itu karena circle temannya. Yang paling bahaya adalah ketika sudah kecanduan seks. Silakan tanyakan ke psikolog tentang kecanduan seks di usia muda,” paparnya.
Selain mengawasi anak, para orang tua juga diimbau untuk rajin-rajin mengecek smartphone anak secara berkala, agar perilaku anaknya bisa diketahui. Sedangkan pemerintah dari mulai RT, RW, desa hingga kecamatan dan Satpol PP berperan melakukan pengawasan terhadap pemondokan, tempat kos sampai hotel yang disewakan per jam dan harian. Termasuk melakukan pembinaan kepada pemilik kos.
“Selain itu bahayanya adalah penyakit menular seks (PMS), ada HIV/AIDS, raja singa dan lainnya. Ini perlu sinergitas dari semua pihak karena permasalahan yang harus kita selesaikan tidak hanya melalui penertiban-penertiban saja, itu hanya syok terapi saja,” terang Dadang.
BACA JUGA: 17 Pasangan Mesum Digelandang ke Kantor Satpol PP
Ia menambahkan, berdasarkan hasil razia yang sudah dilakukan pihaknya, ada peningkatan jumlah pekerja seks komersial (PSK) berbasis aplikasi online di Kabupaten Cirebon. Rerata para PSK datang dari kota-kota besar seperti Bandung, Bekasi dan kota besar lainnya di Jawa Tengah. Namun Dadang juga menyebut, PSK online asal Cirebon sendiri memang ada.
“Tapi kita bisa lihat sih polanya, pola mereka itu datang dan masuk ke wilayah kita seperti apa. Mereka cuek seperti tidak tahu malu karena memang bukan daerahnya sendiri,” ucapnya.