Sosok tersebut ialah Marsma TNI Wastum. Ia berasal dari keluarga sederhana yang berprofesi sebagai petani dari Desa Ujunggebang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon.
“Itu desanya sangat terpencil, hanya satu desa. Saya dapat listrik itu ketika saya sudah lulus dari penerbangan,” kata Wastum dalam tangan salah satu video yang ditayangkan akun YouTube Jenderal TNI Andika Perkasa, 7 Juli 2022.
Jadi, kata dia, saat ia duduk di bangku SMP dan SMA, daerah tersebut belum dialiri listrik. Hal itu bukan karena Cirebon yang terpencil, melainkan desa tempat tinggal Wastum yang sangat pelosok.
Jaraknya, lanjut Wastum, dari jalan raya menuju desa sekitar 2 kilometer. Sehingga, saat itu belum ada tiang listrik yang sampai ke Desa Ujunggebang. Bahkan, saat itu telfon pun belum ada.
Dengan berbagai keterbatan tersebut, Wastum terus berjuang dan berhasil menjadi taruna terbaik Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1996.
“Saya tidak ada bayangan saya menjadi penerbang tempur. Saya dulu milihnya Paskhas, karena dulu saya tahunya itu. Tetapi setelah saya lulus, alhamdulillah menjadi yang terbaik dana rah hidup saya berubah,” jelasnya.
Saat itu, Wastum memaparkan, banyak orang yang mengatakan bahwa ia adalah yang terbaik dan bisa menjadi seorang penerbang. Kemudian, Wastum pun mengikuti tes menjadi seorang penerbang dan lulus.
“Saya dulunya pilihan saya hanya penerbang helikopter, saya pengen menjadi penerbang helikopter karena saya tidak sanggup terbang tempur, karena tangan saya kasar, karena saya itu pencangkul ulung ibaratnya,” jelasnya.
BACA JUGA: 5 Hari Dicari di Hutan Sumurkondang, Pencari Kroto Ditemukan Tewas
Pasalnya, Wastum mengungkapkan, sebelum menjadi TNI kehidupannya sangat sederhana, dirinya hanya membantu ayahnya mencangkul di sawah menyiapkan ladang untuk ditanam. Bahkan, saat dirinya menejadi taruna, aktivitas tersebut masih ia lakukan.
Bahkan, Wastum mengatakan, saat menjadi taruna dan pulang ke rumah dilarang memakai baju sipil. Namun, dirinya terpaksa melanggar peraturan tersebut. Pasalnya, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarganya, Wastum tidak mungkin membiarkan sang ayah mencangkul sendirian di sawah.
“Saya lepaskan atribut (taruna) itu, saya menggunakan celana training, walaupun saya tidak melanggar betul, karena saya masih pakai training, tapi saya nyangkul dengan bapak saya menyiapkan (lahan) untuk ditanami padi,” katanya.
Diungkapkan Wastum, hal itu berlangsung sampai dirinya tingkat III yang dirinya telah menjadi komandan kopral taruna. Saat itu, adik-adik tingkatnya itu sering main ke rumahnya.
“Saya sudah wanti-wanti (ke adik tingkat), jangan datang ke rumah saya, karena jalan ke rumah saya itu masih makadam (jalan tanah atau jalan batu), karena kalau ke rumah saya mesti pakai mobil,” ungkapnya.
BACA JUGA: Makam Pemuda Yatim Piatu di Jamblang Digali, Diotopsi Cari Penyebab Kematian
Dari latar belakangnya tersebut, Wastum tidak memilih sebagai penerbang tempur. Tetapi kata dia, nasib orang tidak ada yang tahu. Ketika ada pemilihan, berkat bakat dan nilai yang dimilikinya, Wastum terpilih menjadi seorang penerbang tempur pesawat F16.
“Tidak semua orang bisa menjajaki atau menerbangkan pesawat F16 ini, padahal saya dari kampung. Saat itu, saya nyupir mobil pun tidak bisa. Saya belajar mobil itu setelah saya mahir mengendari F16,” katanya.
Pengalaman terbangnya, Wastum menjelaskan, dirinya pernah mencegat pesawat milik AS C5 Galaxy dari Kadena Air Force Base menuju Diego Garcia di Samudra Hindia yang masuk wilayah udara Indonesia tanpa pemberitahuan.
Seharusnya, diterangkan Wastum, rute pesawat tersebut melaju ke Laut Cina Selatan. Namun, karena saat itu ada badai, akhirnya pesawat tersebut masuk wilayah udara Indonesia.
Diakui Wastum, dirinya mendapat informasi tersebut dari wilayah Makasar setelah dirinya pulang dari kantornya.
“F16 persiapan. Oke kita persiapan, dua pesawat terbang langsung intersep kesana spid optimum. Itu sampai ketinggian 36 ribu kaki. Kita intersep dari Madiun itu kenanya di selat di Makasar itu,” katanya.
BACA JUGA: Heykel, Bocah 9 Tahun Itu Lambaikan Tangan Sebelum Tewas Tenggelam di Sungai Cisanggarung
Setelah berkomunikasi dengan pilot pesawat C5 Galaxy dan melaporkannya ke pimpinan, Wastum pun diperintahkan untuk membayangi pesawat tersebut agar tidak masuk ke wilayah Jawa.
“Kita bayangi dia sampai Selat Malaka baru turun lagi dan itu jauh. Itu yang mendebarkan karena itu menyangkut dengan negara lain. Dan itu salah satu tugas kita,” tegasnya. (Arif)