“Perkawinan silang alami, ini baru pertama uji coba. Tapi penelitiannya sekitar 5 tahun,” kata Usman.
Selain itu, ia juga menciptakan pupuk, pestisida hingga obat-obatan organik lainnya guna menunjang hasil panen yang maksimal dari varietas baru tersebut. Bahkan, pupuk organik yang ia ciptakan ini bisa lebih irit penggunaannya dibandingkan dengan pupuk kimia. Untuk 1,5 hektare sawah, ia hanya membutuhkan tiga kuintal pupuk organik saja.
Namun saat ini, kata Usman, varietas baru tersebut masih sebatas untuk konsumsi pribadi dan petani di wilayah setempat saja.
“Saya punya pemikiran-pemikiran itu kasihan sama petani, karena tahun depan subsidi ponska dikurangi. Makanya bagaimana caranya agar hasilnya tetap maksimal, tapi biayanya lebih irit,” tegasnya.
Sementara itu, pegiat pertanian, Dudi Setiawan, mengaku bakal ikut mengawal temuan yang menggembirakan para petani tersebut, agar bisa mendapatkan hak paten, baik untuk varietas baru maupun pupuk organiknya. Pasalnya, untuk menempuh proses hak paten dari Pemerintah membutuhkan biaya yang tidak sedikit alias mahal. Karena itu, pihaknya akan mendorong Pemda Kabupaten Cirebon untuk bisa mengadopsi temuan petani tersebut.