BACA JUGA: Petani Jangan Bergantung pada Pupuk Kimia
“Padahal lahan pertanian di sini pengairannya tidak ada matinya. Pertama ada saluran sekunder dan kedua ada Sungai Cisanggarung yang bisa diambil airnya lewat pompa kapan saja,” ujarnya.
Namun, lagi-lagi, persoalan modal tanam, pupuk, susahnya mencari buruh tani dan harga jual hasil panen terutama padi sangat anjlok, membuat petani malas bertani.
“Imbasnya nilai sewa lahan pertanian di Desa Pasuruan ini menjadi turun drastis. Untuk nilai sewa satu hektare sawah per tahun hanya di kisaran Rp10 juta, padahal desa sebelah bisa mencapai lebih dari Rp30 juta per hektarnya. Akibatnya yang sangat dirasakan kami, nilai sewa lahan bengkok dan titisara harganya turun,” pungkasnya. (Baim)