Ia menjelaskan, di musim kemarau 2022 ini, DKPP sudah sering turun ke lapangan untuk mendata jumlah produksi garam rakyat di beberapa kecamatan. Namun, pihaknya belum bisa menyajikan data pasti produksi garam tahun 2022 ini.
BACA JUGA: Petani Garam Curhat ke Moeldoko
“Tapi kemungkinan turun lagi. Sebab ya tadi banyak lahan yang terendam rob, juga cuacanya tidak menentu karena masuk kategori kemarau basah,” tegas Jamal.
Kewenangan DKPP Kabupaten Cirebon, lanjut Jamal, lebih kepada pembinaan bagi para petambak garam. Selain itu, mengusulkan ke pemerintah pusat maupun provinsi untuk meningkatkan produktivitas garam. Termasuk mengusulkan agar dibangun tanggul-tanggul yang tinggi di sepanjang bibir pantai untuk meminimalisir banjir rob.
“Kedua kita juga meminta ke pusat untuk dibuatkan teknologi baru. Contohnya pipanisasi pengambilan air laut dari tengah laut masuk ke lahan petambak garam. Karena dengan pipanisasi ini kandungan NaCl pada garam akan lebih tinggi. Dibandingkan dengan air laut yang diambil dari bibir pantai,” terangnya.
BACA JUGA: Efek Banjir Garam Impor di Pasaran Harga Anjlok Petani Terpaksa Timbun Garam
Ditambahkannya, air yang diambil dari tengah laut merupakan murni air laut karena tidak tercampur oleh air sungai yang tawar.
“Kemudian kalau airnya bukan dari tengah laut itu membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai matang jadi garam,” papar Jamal.