“Kamu jangan mengelak terus. Serang saya,” tutur Yayat menantang Didu.
“Ok” kata Didu sambil melayangkan uper cut ke perut Yayat yang langsung kesakitan.
“Kamu jangan curang. Saya belum siap,” ujar Yayat sambil meringis kesakitan memegangi perutnya.
Maka adegan perkelahian maut kebali berlangsung. Kali ini, giliran Didu menyerang. Ia melayangkan pukulan berubi-tubi ke arah kepala Yayat.
Namun Yayat bisa menghindar dengan gerakan kepala mirip “headbang”, gerakan kepala yang digoyang-goyang memutar dengan rambut panjang tersibak khas para penonton musik cadas heavy metal.
Rupanya Yayat keasyikan melakukan headbang, dia terus menggoyang-goyangkan dan memutar kepala. Padahal Didu sudah menghentikan serangan.
Ini menjadi adegan paling kocak dari duel maut Yayat kontra Didu. Hingga Didu melacarkan satu punch maut kembali mengarah ke perut Yayat hingga wakil komandan itu terjatuh.
Yayat sudah dalam keadaan pasrah. Bogem mentah Didu sudah disiapkan untuk meninju ke arah kepala Yayat yang sudah dalam keadaan pasrah berlutut.
Ketika Didu mau menyarangkan pukulan terakhirnya, keburu Cecep mencegah.
“Sudah”, kata Cecep. Didu pun batal menyarangkan pukulan terakhirnya ke muka Yayat.
“Kalau dalam tinju, kamu itu save by the bell (diselamatkan oleh bunyi bell tanda ronde berakhir),” tutur Didu ke muka Yayat yang meringis kesakitan.
Cerita berlanjut, usai Didu menghajar KO Yayat, giliran Agus diancam. Agus diminta menelefon anak buah Remon.
Agus diminta Cecep kemudian melefon Apid yang masih kesakitan dan sedang berada di rumah.
“Kamu anak buah Remon. Saya Cecep, kamu mencari saya,” ujar Cecep.