SUARA CIREBON – Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cirebon telah menyiapkan logistik untuk membantu meringankan beban korban yang terdampak bencana alam.
Persiapan dilakukan mengingat saat ini di Kabupaten Cirebon sudah memasuki musim hujan, dimana cuaca cenderung ektrem karena kerap disertai angin kencang.
Kabid Perlindungan Jaminan Sosial (Linjamsos) Dinsos Kabupaten Cirebon, H Eman Sulaeman mengatakan, menghadapi cuaca ektrem ini, pihaknya sudah menyiapkan logistik untuk diberikan kepada korban bencana alam jika suatu saat terjadi.
Anggaran untuk pemenuhan logistik pada tahun 2022 ini telah disiapkan sebesar Rp140 juta untuk 3.000 korban.
BACA JUGA: Masyarakat Diimbau Waspada Ancaman Bencana
Namun, dari total anggaran tersebut sudah terserap di awal tahun untuk diberikan kepada sekitar 2.000 korban.
Mengingat, pada awal tahun 2022 ini cukup banyak terjadi bencana. Sehingga, saat ini hanya tersisa untuk sekitar 1.000 korban saja.
“Tapi kalau korbannya lebih dari 1.000 orang, nanti kebutuhan logistik bisa disuplai dari provinsi dan pemerintah pusat,” ujar Eman, Selasa (25/10/2022).
Eman menyampaikan, untuk kebutuhan logistik dari pemerintah provinsi (pemprov) dan Pemerintah Pusat yakni Kemensos adalah mi instan, makanan bayi, dan pakaian.
BACA JUGA: 25 Wilayah Kecamatan Rawan Bencana Alam
Artinya, meski kuota bantuan yang ada di dinsos tersisa hanya untuk 1.000 korban, namun jika korban lebih dari 1.000, maka kebutuhan logistik bisa diajukan ke pemprov dan Kemensos.
Selain itu, bisa juga dianggarkan melalui Bantuan Tidak Terduga (BTT) BPBD Kabupaten Cirebon.
“Jadi kita tidak punya buffer stok sembako karena memang tidak diperbolehkan. Yang buffer stok itu hanya ada di pemprov dan Kemensos,” terangnya.
Sesuai tupoksi Dinsos, lanjut Eman, penanganan yang dilakukan pihaknya adalah dari sisi perlindungan sosial korban bencana.
BACA JUGA: Memasuki Musim Hujan, Bencana Longsor Mengintai, Warga di Perbukitan Diimbau Waspada
Di antaranya, klaster pengungsian dan pemenuhan makanan. Karenanya, ketika terjadi bencana, Dinsos tetap bersinergi dengan lintas instansi termasuk TNI dan Polri.
“Untuk kesiapsiagaan bencana, kita sudah punya tenda pleton empat. Dan tenda keluarga ada lima unit. Yang bisa menampung 500 korban. Karena korban kan tidak mesti mengungsi di tenda, tapi ada yang di masjid, balai desa dan tempat lainnya,” terangnya.
Eman juga menyampaikan, jika melihat dari prediksi BMKG, cuaca di Kabupaten Cirebon ini masuk kategori cuaca ekstrem.
Di Jawa Barat, Kabupaten Cirebin masuk zona merah alias berisiko tinggi berdasarkan Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI).
BACA JUGA: Wilayah Langganan Bencana di Cirebon Mulai Dipetakan, Terutama Banjir dan Tanah Longsor
Dalam catatan Dinsos, lanjut Eman, bencana alam yang paling ektrem terjadi pada tahun 2018 lalu. Di tahun tersebut, bencana alam sampai menelan korban jiwa.
“Alhamdulillah, sejak 2019 sampai sekarang tidak ada korban jiwa,” tandasnya. (Islah)