SUARA CIREBON – Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw atau muludan kerap dilakukan masyarakat, tidak terkecuali kalangan pesantren.
Tradisi muludan sangat bervariasi dan beberapa di antaranya bahkan unik.
Salah satunya, muludan yang digelar masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Benda Kerep (Kampung Benda), Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Muludan Kampung Benda selalu ramai dan menjadi salah satu kegiatan yang ditunggu santri dan warga sekitar pesantren.
Bahkan tidak sedikit santri dan warga yang tengah berada di luar daerah, rela pulang hanya demi mengikuti muludan di Kampung Benda Kerep.
Pasalnya, perayaan muludan di kampung itu, selain dipercaya mendapatkan keberkahan dari para kiai, warga yang mengikuti akan mendapatkan berkat (bingkisan) berupa ember besar yang isinya paket sembako berikut makanan siap santap.
Tak hanya itu, usai prosesi marhaban dan doa, masyarakat yang hadir juga dipersilakan menyantap hidangan yang disajikan oleh penyelenggara.
“Di sini memang kalau setiap muludan embernya gede-gede, semuanya rata dapat ember. Isinya pun juga sama gak ada yang dibedakan. Isinya ada nasi sama lauk dan ada juga yang isinya sembako,” kata Urip, warga setempat saat ditemui usai mengikuti memperingati Maulid Nabi di Kampung Benda Kerep, Selasa (25/10/2022).
BACA JUGA: Muludan Gegesik akan Digelar Tanpa Karnaval
Pengasuh Pondok Pesantren Benda Kerep, KH Muhammad Miftah Faqih, mengakui bingkisan (berkat) ember besar yang telah berlangsung puluhan tahun itu, memang menjadi salah satu kekhasan muludan yang digelar warga di sekitar Pondok Pesantren Benda Kerep.
“Semua orang sudah tahu kalau tradisi Maulid Nabi di kami seperti ini. Yang datang juga bukan orang sini saja, tapi dari berbagai daerah juga ada,” kata KH Miftah.
Kiai yang akrab disapa Kang Miftah itu mengungkapkan, tradisi muludan di Kampung Benda Kerep di setiap rumah membaca selawat, kitab Al-Barzanj, dan doa-doa.
“Setelah itu pemilik rumah akan membagikan bingkisan berisi kebutuhan bahan pokok seperti beras, minyak, dan lainnya,” kata Kang Miftah.
BACA JUGA: Pemkot Keluarkan Surat Peniadaan Tradisi Muludan
Rois Syuriah PCNU Kota Cirebon yang juga pengurus PB NU itu menceritakan, pada zaman dulu, bingkisan acara muludan di Kampung Benda menggunakan bakul.
“Wadahnya pakai bakul, nasinya dibungkus daun jati. Tradisi ini sudah sedari dulu ada, kita maknai tradisi muludan ini dengan berbagi,” pungkasnya. (Surya)