SUARACIREBON- IAIN Cirebon menggelar Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana, Magister, dan Doktor XXV.
Sidang Senat Terbuka XXV IAIN Cirebon ini digelar di salah satu hotel di wilayah Kota Cirebon selama 2 hari, yaitu Rabu-Kamis (2-3/11/2022).
Dalam Sidang Senat Terbuka XXV IAIN Cirebon ini ada sebanyak 1551 wisudawan yang diwisuda dan resmi menyandang gelar sarjana, magister, dan doktor.
Untuk hari pertama Sidang Senat Terbuka XXV IAIN Cirebon, yaitu pada Rabu (2/11/2022) diikuti sebanyak 736 wisudawan yang berasal dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) kampus setempat.
Sedangkan hari kedua Sidang Senat Terbuka XXV IAIN Cirebon, yaitu pada Kamis (3/11/2022) diikuti sebanyak 175 wisudawan dari Fakultas Syariah, 199 wisudawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 166 wisudawan dari Fakultas Ushuluddin dan Adab, 153 wisudawan dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, serta 112 wisudawan magister dan 10 wisudawan doktor dari Pascasarjana IAIN Cirebon.
Rektor IAIN Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg dalam pidatonya menekankan transformasi lembaga kampus setempat yang akan menjadi kampus siber bernama Universitas Islam Negeri Syekh Nurjati Indonesia (UINSSI).
Karena, menurut Sumanta, di era industri 4.0 saat ini menuntut pendidikan Islam mampu mengantisipasi penemuan baru dalam kajian keilmuan dan tantangan baru.
“Pendidikan Islam dalam hal ini adalah sistem pendidikan yang mengupayakan dan melatih peserta didik agar marnpu mengambil sikap dan tindakan hidup yang dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual berdasarkan nilai-nilai etika Islam,” kata Sumanta, Kamis (3/11/2022).
Sumanta menerangkan, pendidikan Islam juga diartikan sebagai proses pengembangan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berkepribadian muslih, cerdas, terampil, berbudi pekerti dan juga bertanggung jawab terhadap diri, bangsa, dan agamanya.
“Manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai pribadi tidak terpisah dari pemahaman akan kehidupan intelektual spiritual. Persoalan-persoalan manusia masyarakat modern utamanya, tidak terlepas dari hakikat manusia itu sendiri,” terangnya.
Kata kunci untuk menjawab tantangan baru ini, kata Sumanta, adalah dengan paradigma integrasi. Karena, integrasi sangat diperlukan dalam pendidikan sebagai upaya untuk memadukan ilmu agama dengan ilmu umum.
“Dan dalam pengimplementasiannya, proses integrasi ilmu agama dan ilmu umum harus mampu menawarkan muatan nilai kearifan budaya lokal yang merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang universal,” ujarnya.
Karena, menurut Sumanta, bagaimanapun hubungan ilmu agama dengan ilmu umum yang integratif memiliki konsekuensi dan implikasi berupa perluasan akses pendidikan ilmu keagamaan sekaligus penyelenggaraanpendidikan yang mampu menjabarkan nilai-nilai universal Islam.
“Hal tersebutlah yang kemudian menjadi spirit transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nujati Cirebon,” jelasnya.
Pada tataran kelembagaan, Sumanta menegaskan, integrasi diperlukan untuk pendidikan yang lebih luas sebagai upaya memadukan ilmu agama dengan ilmu umum.
“Dan dalam pengimplementasiannya, proses integrasi ilmu agama dan ilmu umum harus mampu menawarkan muatan nilai kearifan budaya lokal yang merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang universal sebagai upaya dalam menjawab berbagai macam tantangan di era 4.0 ini,” tegasnya.
Dalam mewujudkan hal tersebut, kata Sumanta, IAIN Cirebon mengupayakan rekonstruksi paradigma keilmuan yang multidimensional dengan menjadikan agama sebagai basis ilmu pengetahuan.
Tujuannya, imbuh Sumanta, IAIN Cirebon mampu mengembangkan yang bukan sekadar proses pendidikan searah, tetapi juga proses pendidikan multidimensi yang mampu menyeimbangkan antara akal dan wahyu.
“Sehingga mampu mewujudkan pengembangan spiritual, inteleklual, dan sosial dari seluruh sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon,” katanya.
Untuk itu, Sumanta menegaskan, transformasi kelembagaan IAIN Cirebon harus dibarengi dengan semangat pembangunan yang “Unggul Termuka dan Berakhlaq Mulia” sebagai tataran aksiologis pendidikan yang mampu mengintegrasikan ajaran yang bersumber dari ayat qaul iyah dengan ayat qauniyah secara utuh. (Arif/Adv)