SUARA CIREBON – Angka stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita di Kabupaten Cirebon masih cukup tinggi, yakni di angka 9,4 persen.
Salah satu penyebab utama stunting ialah kurangnya asupan nutrisi. Idealnya, asupan nutrisi tidak hanya diperhatikan saat 1.000 hari pertama pertumbuhan anak, tetapi sejak masa kehamilan harus sudah diperhatikan.
Hal itu dikemukakan Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesian (Persagi) Kabupaten Cirebon, Sartono, terkait persoalan stunting yang membutuhkan penanganan serius sejumlah pihak. Menurutnya,
Karena itu, Persatuan Ahli Gizi Indonesian (Persagi) siap berkontribusi untuk menekan angka stunting di Kabupaten Cirebon yang cukup tinggi ini.
BACA JUGA: Wabup Ayu Minta Desa Alokasikan Anggaran Penanganan Stunting
Ketua DPC Persagi Kabupaten Cirebon, permasalahan stunting menyangkut siklus kehidupan yang dimulai dari mulai masa remaja, hamil, hingga melahirkan anak.
Sartono pun menekankan kepada 250-an ahli gizi se-Kabupaten Cirebon yang teregistrasi sebagai anggota Persagi untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya stunting.
Hal itu dilakukan, untuk memastikan asupan gizi para ibu hamil terpenuhi, di antaranya, melalui tablet penambah darah untuk mencegah anemia.
“Tugas semacam itu tidak mungkin dilakukan di luar profesi gizi, karena dari segi keilmuan secara spesifik juga teman-teman ahli gizi yang lebih memahami,” kata Sartono, saat ditemui usai Pelantikan DPC Persagi Kabupaten Cirebon Periode 2022-2027 di Aula RS Permata, Jalan Tuparev, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Sabtu (5/11/2022).
BACA JUGA: Stunting di Kota Cirebon di Atas Nasional, Butuh Kolaborasi Pentahelix Turunkan Angka Prevalensi
Ia mengatakan, seluruh ahli gizi di 60 puskesmas dan 12 rumah sakit se-Kabupaten Cirebon juga diminta tidak hanya fokus pada program penanganan, tetapi turut membangun pemberdayaan.
Pasalnya, tugas pokok dan fungsi ahli gizi ialah mengedukasi tentang komponen gizi pada anak-anak, remaja, ibu hamil, hingga balita, untuk menekan angka stunting di Kabupaten Cirebon.
Di wilayah Kabupaten Cirebon, imbuh dia, rata-rata terdapat satu ahli gizi di tiap puskesmas yang ada. Meski jumlah tersebut belum ideal, namun ia berharap dapat mempercepat upaya menekan angka stunting.
Sementara itu, Ketua DPD Persagi Jawa Barat, Sri Sudartini, mengatakan, penanganan stunting merupakan program prioritas untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
BACA JUGA: Pembagian PMT, Upaya Turunkan Angka Stunting
Karenanya, dari mulai tingkat DPP, DPD, hingga DPC, Persagi mempunyai visi yang sama untuk menjadi pendamping pemerintah dalam mewujudkan percepatan penanganan stunting.
“Bapak Presiden Jokowi menargetkan angka stunting pada 2024 turun 14 persen. Untuk mewujudkannya butuh kerja sama semua pihak termasuk para ahli gizi,” kata Sri Sudartini. (Islah)