SUARA CIREBON – Kawanan kera yang menghuni bukit Plangon yang masuk wilayah Kelurahan Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat sering dikait-kaitkan sebagai tempat untuk pesugihan yang dikenal masyarakat dengan istilah “nyupang” atau ngipri monyet.
Bukit Plangon, selain dikenal orang sebagai tempat pesugihan, yang pasti kawasan bikut dan hutan yang dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon tersebut telah sejak lama menjadi salah satu objek wisata. Secara kebetulan lokasinya di jalur antara wilayah Kabupaten Cirebon dengan Kuningan.
Udara di bukit tersebut cukup sejuk yang didukung rimbunnya pepohonan yang usianya sudah ratusan tahun, dekat dengan Sungai Cipager yang airnya jernih.
Baca Juga : Wisata Anak dan Kuliner Rindoe Taloen Dibuka
Tidak hanya itu, di atas bukit tersebut terdapat makam dua tokoh penyebar Agama Islam kakak beradik asal Bagdad, kuburan Ki Gede Plangon dan kuburan lain yang diduga berisi senjata pada masa lalu milik tokoh yang tempo dulu tinggal di sekitar bukit Plangon.
Ratusan tangga alam berkelok-kelok untuk mendaki bukit tersebut, sementara di sepanjang tanjakan terdapat kawanan monyet. Persis di puncak bukit ini terdapat sebuah bangunan utama beratap sirap yang di dalamnya adalah pesarean dua tokoh ulama asal Bagdad yang masih keluarga waliyullah Syekh Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Menurut juru kunci Situs Plangon, Ki Hasan, di dalam bangunan situs ini ada pesarean Syekh Abdurahman atau yang dikenal dengan Pangeran Panjunan dan Syekh Abdurrokhim atau yang dikenal dengan Pangeran Kejaksan.
Baca Juga : Wisata Mangrove Pengarengan Butuh Dukungan Swasta
“Situs Plangon ini adalah murni tempat wisata ziarah, bukan seperti yang dituduhkan sebagian orang sebagai tempat pesugihan,” tandas Ki Hasan, beberapa waktu lalu.
Ki Hasan juga menegaskan, sangat tidak benar, kalau ada yang menyebut Plangon ini sebagai tempat pesugihan, karena ini murni tempat ziarah, ada pesarean dua tokoh ulama yang hidup pada abad ke-15 yang masih keluarga Sunan Gunung Jati.
Ki Hasan menerangkan, adanya satwa kera atau monyet tersebut sebelum Syekh Abdurrahman dan Abdurrakhim datang ke Plangon mereka sudah ada di hutan ini. Dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedua tokoh tersebut.
Baca Juga : Dongkrak PAD Kabupaten Cirebon dari Sektor Pariwisata
“Monyet – monyet ayang ada di sini adalah monyet biasa, tidak ada monyet siluman, apalagi ada hubungannya dengan pesugihan,” tandas Ki Hasan.
Pada setiap tanggal 2 Syawal Bukit Pangon ramai dikunjungi masyarakat, khususnya warga yang berasal dari Kelurahan Panjunan Kota Cirebon, dikenal dengan Haul Pangeran Panjunan atau Syekh Abdurrahman.
Sedangkan pada 27 Rajab, lanjut Ki Hasan, Haul Syekh Abdurrokhim (P Kejaksan) hingga yang berziarah kebanyakan dari Kelurahan Kejaksan Kota Cirebon.
Baca Juga : 22 Desa Ditetapkan Jadi Desa Wisata
Di bawah bangunan yang terdapat kuburan kedua tokoh ini mereka melakukan tahlilan kemudian selamatan nasi tumpeng beserta lauknya untuk mereka, pengunjung lain dan untuk kawanan monyet.
Diakuinya, di luar momen tersebut sewaktu-waktu ada pengunjung yang melakukan ziarah ke pesarean kedua tokoh ulama tersebut, namun, kesulitannya di atas ini adalah sumber air untuk berwudu.
Terkait persoalan tersebut, Ki Hasan yang dibantu sejumlah peziarah mengebor air dalam tanah, namun, hasilnya jauh dari maksimal, kadang air mengalir kadang tidak, karena lokasinya di atas bukat.***