Tak seperti di China, kebanyakan orang Tionghoa di Indonesia tinggal di kawasan-kawasan perkampungan. Mereka hidup berdampingan dengan tetangga beda etnis.
Tak ayal, kondisi sedemikian rupa membuat asimilasi kebiasaan antara orang-orang Tionghoa dan etnis tetangga pun tercipta.
Asimilasi ini terjadi pada berbagai lini. Misalnya dalam kuliner, kita mengenal lontong Cap Go Meh. Makanan khas setiap perayaan Cap Go Meh ini terpengaruh oleh tradisi kupatan masyarakat Jawa.
Lontong Cap Go Me ketupatnya dibikin lonjong dan dipotong sehingga membentuk lingkaran lambang bulan purnama.
Tapi, ada syarat lain yang perlu dipenuhi supaya sahih. Sajian harus menyertakan bubuk kedelai, docang (parutan kelapa dan kedelai yang dikukus), dan abing (parutan kelapa yang dimaniskan).
Kedelai itu multifungsi, harapannya bisa bawa rezeki. Kelapa, kan, putih, melambangkan kesucian.
Kemudian di malam Cap Go Meh, warga Tionghoa juga menyajikan wedang ronde. Simbol kehangatan dan keutuhan cinta kasih persahabatan
Mengakhiri penjelasannya, Suhu Jeremy mengutip pepatah China :
保留和发扬传统,尊重祖先
Bǎoliú hé fāyáng chuántǒng, zūnzhòng zǔxiān
Artinya …”Melestarikan dan menjalankan tradisi berarti menghargai leluhur,”.***
BACA JUGA: 5 Rahasia Kenapa Orang China Banyak yang Kaya dan Sukses, Ini Catatan Tahun Baru Imlek