Pertanyaan ini banyak disoal oleh umat Islam yang ragu atau bahkan tidak tahu bagaimana ketentuan soal menelan ludah dan gosok gigi dkaitkan dengan penyebab ibadah puasa (shaum) seperti pada bulan Ramadhan menjadi batal.
Di bawah ini, ada 10 hal-hal yang tidak termasuk dalam kategori makan dan minum yang membatalkan puasa (shaum) pada Ramadhan, termasuk menelan ludah dan gosok gigi.
1. Menelan ludah dan air liur tidak termasuk membatalkan shaum (puasa). Ludah dan air liur diproduksi di mulut sehingga menelannya tidak mungkin dihindari. Pendapat ini dipilih Ibnu Utsaimin.
2. Menelan debu jalanan. Hal ini tidak mungkin dihindari. Lihat kitab al-Mughni 4/354.
3. Merasai makanan/minuman tanpa menelannya. Hal ini makruh hukumnya bagi yang tidak berkepentingan untuk melakukannya.
Adapun yang berkepentingan, tidak mengapa melakukannya, seperti seorang yang sedang memasak atau yang hendak membeli satu jenis makanan/minuman.
Ibnu Abbas berkata :
“Tidak mengapa bagi orang yang berpuasa untuk merasai madu, mentega dan semisalnya, lalu memuntahkannya.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani menghasankannya)
4. Menggunakan siwak.
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim berkata di kitab Majmu’ al-Fatawa,
“Bersiwak (ketika berpuasa) diperbolehkan tanpa ada perbedaan pendapat. Akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai makruh atau tidaknya bersiwak setelah waktu zawal (bergesernya matahari ke ufuk barat). Ada dua pendapat yang masyhur, keduanya merupakan riwayat dari al-Imam Ahmad. Akan tetapi tidak ada dalil dalam syariat yang menunjukkan makruhnya bersiwak ketika puasa setelah waktu zawal…”
Pendapat ini dipilih oleh alImam Ibnul Qoyyim, al-Albani dan Ibnu Utsaimin.
5. Menggunakan pasta (ubat) gigi.
Ibnu Baz dalam Fatawa Muhimmah Tata’allaq bish-Shiyam berkata :
“Membersihkan dengan berus yang menggunakan pasta gigi tidak membatalkan puasa, sebagaimana halnya menggunakan siwak…”
6. Mandi bagi orang yang berpuasa diperbolehkan dan tidak membatalkan puasa disertai kehati-hatian agar tidak menelan air mandi melalui mulut dan hidung.
Ini adalah pendapat jumhur ulama yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim, asy-Syaukani, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.
“(Demi Allah), sungguh aku telah melihat Rasulullah di ‘Arj menyiramkan air di atas kepalanya kerana kehausan atau tersengat panas matahari.” (HR Malik dan Abu Dawud, disahihkan oleh al-Albani dalam Tahqiq al-Misykat)
7. Memakai celak mata yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa.
Sebab mata bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).
8. Memakai obat mata dan obat telinga yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa.
Sebab mata dan telinga bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).
9. Penggunaan minyak yang disapukan di kulit atau rambut tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Hal ini adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh kaum muslimin di masa Rasulullah.
10.Bau-bauan berupa wewangian dan selainnya yang hanya mengeluarkan bau, tidak mengeluarkan zat yang terlihat yang akan terhirup dan tertelan.
Sifat seperti ini tidak membatalkan puasa. Ini difatwakan oleh Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.***