Orang sakit, termasuk yang tidak diwajibkan menjalankan ibadah shaum atau puasa Ramadhan. Salah satu dari syarat wajib puasa, diantaranya mampu, secara fisik maupun psikis.
Orang sakit, masuk kategori ada halangan, atau dalam kondisi tidak mampu secara fisik. Karena itu, ia tidak memenuhi syarat wajib untuk menjalakan ibadah puasa atau shaum Ramadhan.
Asy-Syaikh as-Si’di berkata :
“Orang sakit yang terkena mudharat kerana berpuasa dan musafir, keduanya memiliki pilihan untuk berbuka (tidak berpuasa) atau tetap berpuasa.”
Inilah dalil ketentuan puasa bagi orang sakit untuk berbuka puasa atau menjalankan ibadah puasa wajib atau shaum Ramadhan.
Allah berfirman :
“Maka dari itu, barang siapa di antara kalian sedang sakit atau dalam safar, (lalu ia berbuka) diwajibkan baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184)
Asy-Syaikh as-Si’di menyatakan, kriteria sakit yang menjadi uzur untuk mendapat keringanan tidak berpuasa adalah apabila orang sakit tersebut akan mendapat mudharat jika berpuasa.
Mudharat itu adalah sakitnya semakin parah atau memperlambat kesembuhannya.
Ini adalah pendapat al-Imam Ahmad, al-Imam Malik dan selaras dengan pendapat ulama ahli fikih di kalangan mazhab Syafi’i.
Namun, Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (10/180) yang diketuai asy-Syaikh Ibnu Baz, membolehkan berbuka apabila puasa itu berat bagi orang sakit itu, meskipun tidak menimbulkan mudharat terhadap keadaan sakitnya.
Ibnu Utsaimin merincikan pendapat beliau dalam asy-Syarh al-Mumti, 6/352-353. Ini merupakan pendapat yang terkuat dan terbaik dalam masalah ini:
1. Jika berpuasa itu memberi pengaruh kurang enak pada dirinya, tetapi tidak sampai memberatkannya.
Pada keadaan ini, berbuka adalah sunnah baginya, sedangkan berpuasa dibolehkan baginya (tidak makruh).
2. Jika berpuasa terasa memberatkan dirinya, tetapi tidak sampai memberi mudharat. Pada keadaan ini, berbuka adalah sunnah baginya dan makruh untuk berpuasa.
3. Jika berpuasa memberi mudharat terhadapnya, seperti penderita sakit ginjal, sakit gula (diabetes) dan semacamnya.
Pada keadaan ini, wajib atasnya untuk berbuka dan haram untuk berpuasa.
Islam sangat melindungi umatnya. Bahkan orang sakit parah, diharamkan untuk menjalankan ibadah puasa atau shau Ramadhan.
Hukum ini tentu menekankan bahwa orang sakit parah, harus lebih mengutamakan kesembuhan atas sakitnya, karena itu, tidak saja tidak diwajibkan, tapi tegas diharamkan.
Jadi bila ada umat Islam, dalam kondisi sakit parah, dan dikuatkan dengan pendapat dokter, janganlah memaksakan diri untuk tetap menjalankan puasa wajib Ramadhan.***