SUARA CIREBON – Geliat pariwisata di Kawasan Kota Tua Jamblang, Kabupaten Cirebon, masih belum tampak setelah lebih dari tiga tahun ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat sebagai objek wisata baru.
Namun saat ini, ada pihak ketiga yang akan mengelola objek wisata Kota Tua Jamblang dan tinggal menunggu MoU saja dengan Pemda Kabupaten Cirebon.
Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon, Yadi Wikarsa mengatakan, pihak ketiga yang sudah melakukan pendalaman dalam dua tahun terakhir adalah Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
“Kondisi di lapangan, teman-teman dari Maranatha ini sudah melakukan pendalaman terkait kondisi di Kota Tua Jamblang,” ujar Yadi Wikarsa, Senin, 27 Maret 2023.
Saat ini, tinggal menunggu penandatangan MoU antara Pemkab Cirebon dengan Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Dimana, materi MoU tersebut nantinya terkait pembangunan sebuah destinasi wisata berbasis Kota Pecinan.
Nantinya, akan dibangun sebuah ekosistem pariwisata yang betul-betul memberikan dukungan kuat terhadap Kota Tua Jamblang sebagai destinasi wisata.
“Mungkin ini bagian dari implementasi pentahelix salah satunya adalah dengan akademisi memformulakan potensi-potensi yang selama ini belum tergali, bisa lebih dimaksimalkan, entah itu pariwisatanya, penguatan UMKM-nya,” kata Yadi.
Selain melakukan penguatan kualitas lingkungan hidup dan UMKM, kata Yadi, pihak Maranatha juga sudah melakukan penguatan produk-produk yang dibuat sebagai merchandise (cendera mata).
“Sudah ada produk-produk itu dan bangunannya masih ada penataan lagi,” kata Yadi.
Pihaknya menyambut baik adanya pihak yang ingin mengembangkan Kawasan Kota Tua Jamblang yang merupakan salah satu bukti peradaban Kabupaten Cirebon tempo lalu.
Pantauan Suara Cirebon di Kawasan Kota Tua Jamblang, di tempat tersebut terpantau sepi dari aktivitas masyarakat. Suara kendaraan yang melintas di Jalur Pantura pun terdengar jelas.
Di Kawasan Kota Tua Jamblang, terdapat puluhan bangunan tua bergaya Tionghoa yang kondisinya tampak tidak terurus. Di tengah kawasan pun, berdiri sebuah Vihara Jamblang yang merupakan salah satu bangunan peribadatan tertua di Cirebon.
Sebagian rumah yang ada di kawasan tersebut pun masih ditinggali oleh penghuni. Hal itu terlihat saat penghuni keluar masuk untuk beraktivitas di luar rumah.
Sebagian besar bangunan yang berada di wisata tersebut dalam kondisi tidak terawat oleh pemiliknya, mulai dari kayu pintu serta jendela lapuk, bagian tembok mengelupas, hingga bagian atap menjadi sarang bagi binatang seperti laba-laba hingga burung.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Inovasi dan Kemitraan Universitas Kristen Maranatha, Krismanto Kusbiantoro mengatakan, ketertarikan pihaknya untuk menata Kota Tua Jamblang dilakukan sejak dua tahun lalu.
Selama dua tahun terakhir, pihaknya sudah melakukan riset serta survei komprehensif dengan mengunakan berbagai alat.
“Kami punya rencana untuk membantu revitalisasi kawasan pecinan agar bisa hidup dengan lahirnya kawasan wisata baru yang mempesona. Kami punya virtual tour yang bisa diakses,” kata Kusbiantoro.
Tahun pertama di Kota Tua Jamblang, pihak Universita Maranatha menggelar workshop design dengan perguruan tinggi Tiongkok membuat kompilasi ide dari infrastruktur pariwisata Jamblang.
Tahun kedua, membuat peta kawasan wisata dan membuat pameran, termasuk ekspos ke masyarakat pemilik bangunan.
“Kami masuk ke Kelompok Sadar Pariwisata, yayasan, dengan menawarkan apa yang bisa dikerjakan sama-sama. Hasilnya, kami memuat post card, tambler, kaos, topi dan aksesoris lainnya supaya orang yang pergi ke Jamblang bisa bawa sesuatu, yakni, suvenir,” katanya.***