SUARA CIREBON – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga akhir bulan Maret 2023 mencapai 299 kasus. Dari ratusan kasus tersebut dua kasus diantaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah, melalui Subkor Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P), dr Lukman Denianto, mengatakan, sejak Januari hingga Maret 2023 Dinkes mencatat ada 299 kasus DBD di Kabupaten Cirebon.
“Sudah ada 299 kasus di bulan Maret dengan 2 kasus meninggal dunia. Mudah-mudahan tidak terjadi lonjakan yang besar,” ujar Lukman Denianto, Rabu, 4 April 2023.
Ia menjelaskan, tahun lalu Dinkes mencatat kasus DBD di Kabupaten Cirebon sebanyak 678 kasus. Dari jumlah tetsebut, 6 kasus meninggal dunia.
Saat ini, ada lima kecamatan dengan kasus DBD tertinggi, yakni Kecamatan Babakan, Sumber, Gebang, Astanajapura dan Kecamatan Weru.
“Kalau kasus yang meninggal di bulan Maret tahun ini ada Kecamatan Gebang dan Plumbon,” kata Lukman.
Menurut Lukman, DBD dapat dicegah dengan gerakan 3M plus yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang, serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Metode tersebut, dinilai paling tepat untuk mengendalikan dan mencegah nyamukberkembang biak.
Dikatakan Lukman, pengasapan atau fogging dinilai sudah kurang baik. Karena ketika menggunakan bahan kimia, maka nyamuk dapat beradaptasi dan kebal terhadap pengasapan.
“Kami memang sudah mengurangi pengasapan, karena kurang efektif,” terang Lukman.
Sementara, selama tahun 2022, kasus DBD di Kabupaten Cirebon mencapai 1.815 kasus. Dari jumlah tersebut, 11 di antaranya meninggal dunia dan pada tahun 2021 jumlahnya hanya 820 kasus.
“Meskipun selisihnya hampir seribu kasus, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tidak menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB),” paparnya.
Meskipun angka kasus kematian di tahun 2022 mencapai 11 orang, namun secara persentase masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Jumlah kematian akibat DBD memang ada 11 orang atau 0,5 persen. Tapi secara persentasi itu masih lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,8 persen,” ungkapnya.***