SUARA CIREBON – Pencopotan pucuk pimpinan DPC PKB Kabupaten Cirebon dari R Hasan Basori (RHB) kepada H Jamal Abdul Latief oleh DPP PKB berbuntut panjang.
Selain masalah soliditas partai dan boikot memenangkan Pemilu 2024, ancaman serius lain adalah mundur massal sejumlah pengurus dan ketua DPAC PKB se-Kabupaten Cirebon.
Kader senior yang juga salah satu pendiri PKB Kabupaten Cirebon, Oskar Faisal (69) menuding, kisruh pergantian ketua DPC PKB Kabupaten Cirebon itu didalangi KH Imam Jazuli.
Tanpa tedeng aling-aling, pria yang akrab disapa Abah Odo itu menyebut Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukupuntang sebagai orang yang merusak tatanan PKB.
Pasalnya, Imam Jazuli dianggap orang yang paling hebat di Kabupaten Cirebon saat ini. Bahkan, ia menyebut seluruh pesantren di Cirebon pun telah ‘disingkur’ oleh yang bersangkutan.
“Imam Jazuli teriak PKB baru sekarang tapi ngaku paling hebat. Saya orang yang ikut mendeklarasikan PKB Cirebon di Sukunsari Weru Kidul. Tapi sekarang Imam Jazuli merasanya PKB Cirebon ada dalam genggamannya,” ujar Abah Odo, Selasa, 11 April 2023.
Menurut Odo, disaat PKB Kabupaten Cirebon yang saat ini tengah berbenah menuju kondisi yang cukup membaik, tetapi ada dalang yang memerankan aksinya untuk merusak.
“Kenapa dirusak? Ini demi kepentingan pribadi maupun sekelompok orang tertentu. PKB Cirebon lagi dibenahi tapi sekarang ‘diurak-urak’. Seolah-olah Imam Jazuli ini mengaku bahwa centra PKB Cirebon itu Imam Jazuli, Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,” ujarnya.
Pria asal Kecamatan Tengahtani ini menegaskan, Imam Jazuli dianggap paling hebat karena keilmuan yang dimiliki dan juga kedekatan dengan petinggi partai di tingkat DPP.
Dengan modal yang dimilikinya, dirinya menilai, Imam Jazuli berani berbuat semena-mena terhadap PKB.
“Sebagai orang yang ikut membidani PKB Cirebon sejak awal, saya merasa geram dengan perlakuan Imam Jazuli yang berbuat semena-mena. Jadi kalau berani mengacak-acak PKB ya ini sudah keterlaluan. Sampai seolah-olah bagaimana PKB Cirebon itu ada di tangannya,” ujar Abah Odo.
Sebagai orang yang ikut membesarkan PKB Cirebon sejak awal, dirinya pernah jalan kaki selama delapan hari delapan malam dari Cirebon, Bandung, Depok, hingga Jakarta untuk menyebarkan PKB supaya dapat diterima di masyarakat. Ia mengaku sangat geram melihat PKB Cirebon dirusak.
“Saya bisanya ngomong, keluar dari sarang, karena Imam Jazuli ini sudah kelewatan, dengan mempengaruhi DPP, Ketua DPC PKB Kabupaten Cirebon baru beberapa tahun sudah dicopot lagi. Tanpa ada alasan sama sekali. Ini sudah enggak benar. PKB Cirebon lagi baik-baik saja, malah diacak-acak,” katanya.
Ia juga memprediksi, jika kondisi PKB Cirebon terus diobok-obok atau dirusak seperti sekarang ini, maka jelas imbasnya para kader di bawah dan suara partai ke depan tidak bisa diraih dengan baik.
Kader senior PKB Kabupaten Cirebon lainnya, Toto Sumlang menyampaikan, tidak ada PKB di seluruh tingkat kota/kabupaten di Jawa Barat yang ketua DPC-nya lagi semangat bekerja tanpa dibantu mitra dekatnya yakni sekretaris, tiba-tiba dibredel tanpa salah dan dosa, kecuali hanya karena alasan penyegaran.
“Kenapa di kabupaten/kota lain tidak terjadi seperti di Cirebon? Karena di Cirebon ada sang maestro pemilik ponpes besar yang kebetulan lagi dekat sama ketum PKB,” kata Toto.
Pada awalnya, Toto mengaku merasa tersanjung dan takjub saat membaca tulisan Imam Jazuli yang begitu menarik dan betul-betul dapat menggugah semangat kader PKB, di tengah-tengah sikap ketum PBNU yang terkesan tidak memberi peluang bagi warga NU-nya untuk memilih PKB sebagai satu-satunya partai yang dilahirkan para kiai di PBNU.
Dengan tulisan-tulisan Imam Jazuli yang telah membangkitkan semangat menggelora seakan awan mendung menjadi cerah, ceria kembali.
“Namun tak disangka-sangka di balik itu semua, ternyata ada keinginan yang selama ini terselubung, entah keinginannya apa hanya beliau dan Allah saja yang tahu,” ujar Toto.
Sementara itu, KH Imam Jazuli saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp-nya tidak menjawab. Begitu juga saat hendak dikonfirmasi melalui saluran telpon WhatsAppnya, enggan mengangkat.***