SUARA CIREBON – Beredarnya kabar miring seputar ketidakpuasan para bakal calon anggota legislatif (bacaleg) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Cirebon, dibenarkan Wakil Ketua DPC PKB, Syahidin.
Menurut Syahidin, para bacaleg yang kecewa rata-rata kader militan PKB yang selama ini telah lama berjuang untuk membesarkan partai. Para bacaleg itu, lanjut Syahidin, dibuat kecewa saat mengetahui nomor urut mereka berada di bawah “para pendatang baru”.
“Ironisnya, soal nomor urut ini baru diketahui setelah para bacaleg didaftarkan ke KPU. Ini yang membuat polemik. Padahal mereka itu kader militan, incumbent dan loyalis. Penempatan nomor urut ini yang dianggap oleh mereka tidak adil,” ujar Syahidin kepada awak media, Selasa, 16 Mei 2023.
Kekecewaan para bacaleg, imbuh Syahidin, tertuju pada ketua, sekretaris dan bendahara (KSB) DPC PKB yang dinilai telah menggunakan kewenangan dalam menentukan nomor urut bacaleg, tanpa mempertimbangkan potensi, militansi dan loyalitas secara objektif.
“Saya kira masih ada waktu bagi pihak DPC yang punya peran penetapan nomor tersebut untuk dievaluasi, dipertimbangkan kembali mana bibit, bebet dan bobot yang ditempatkan di nomor urut sesuai dengan kadar pengabdian,” ujarnya.
Ia menyebut, hal itu perlu dilakukan agar ketidakpuasan para bacaleg atas subjektivitas pihak DPC dapat diredam.
“Padahal, amanat partai itu jelas bahwa kader itu diutamakan dibanding pendatang baru yang masih belum teruji dedikasinya,” katanya.
Terlebih, kabar tidak ditempatkannya bacaleg incumbent di nomor satu di setiap dapil. Hal itu patut dipertanyakan dan dijelaskan secara terbuka.
“Perlu dijelaskan apakah bacaleg tersebut sewaktu menjabat kurang loyal atau seperti apa? Atau alasan lain para penentu nomor tidak punya kedekatan dengan mereka (bacaleg incumbent, red)? Namun, jika alasan pertama tadi terbantahkan, berarti patut dipertanyakan ada apa dengan penentu kebijakan?” tanya Syahidin.
Menurutnya, fakta PKB pernah punya anggota legislatif yang bukan kader asli, orang-orang yang hanya mencari jabatan dan bukan mendidikasikan diri sebagai kepanjangan tangan amanat para ulama, harus menjadi pelajaran bagi DPC.
“PKB itu partai keramat disebabkan dilahirkan oleh para ulama kharismatik dengan tujuan agar aspirasi warga NU diakomodir, dan santri ikut berkontribusi dalam menentukan nasib bangsa ke depan, jika para pemangku kebijakan menyalahgunakan kewenangannya,” terangnya.
Diakui Syahidin, kabar yang saat ini beredar masih belum terbukti secara sah (hingga terbitnya DCS [daftar calon sementara], red), sehingga masih ada waktu bagai para bacaleg yang merasa kecewa untuk buru-buru mundur.
“Silakan pihak yang punya kepentingan evaluasi kembali (nomor urut bacaleg, red). Bila perlu harus dipertimbangkan melalui musyawarah dengan para kiai yang ada di jajaran dewan syuro. Karena selama ini saya amati tanfidz kurang komunikasi dengan dewan syuro,” tegasnya.
Ia menyimpulkan, penempatan kader terbaik dan icumbent di nomor sembarangan, tidak melibatkan dewan syuro yang memiliki kewenangan sebagai penasihat partai.
Informasi yang berhasil dihimpun Suara Cirebon menyebut, dari 9 bacaleg petahana, empat di antaranya mendapat nomor di bawah nomor 1. Bahkan, ada yang ditempatkan di nomor urut 4 dan 5.
Di daerah pemilihan (Dapil) I misalnya, posisi nomor 1 ditempati Sekretaris DPC PKB, Waswin Janata. Sementara, anggota Fraksi PKB DPRD Kabupaten Cirebon, Emha Syahirul Alam selaku bacaleg petahana ditempatkan di monor urut 5.
Hal yang sama menimpa bacaleg petahana lainnya, Mahmudi yang ditempatkan di nomor urut 5 di dapil II, karena nomor urut 1 ditempati Wakil Ketua DPC PKB Muis Syaerozie.
Sedangkan untuk dapil IV yang memiliki dua bacaleg petahana, Darusa dan Pandi mendapat nomor urut yang berbeda. Pandi disebut-sebut berada di nomor urut 4, sementara Darusa di nomor 1.
Begitu pun di dapil V dengan dua petahana, H Tanung dan Ismiyatul Fatihiyah. Hasilnya, Ismiyatul di posisi pertama. Sedangkan di dapil VI, posisi nomor 1 ditempati Ketua DPC PKB Jamil Abdul Latief menggeser Mad Sholeh sebagai petahana.
“Yang aman di nomor urut 1 itu untuk, dapil III Hanifah, dapil IV Darusa, dapil V Ismi, dan dapil VII Hasan Basori. Kenapa Hasan basori aman. Karena Luthfi jadi bacaleg DPR RI. Sementara petahana lainnya mendapat nomor di bawahnya,” kata salah seorang bacaleg yang tidak ingin namanya dikorankan kepada Suara Cirebon.
Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui sambungan selularnya, hingga berita ini ditulis, Ketua DPC PKB Kabupaten Cirebon, H Jamil Abdul Latief belum memberikan respons.
Diberitakan sebelumnya, salah seorang bacaleg PKB Kabupaten Cirebon yang enggan disebut namanya mengakui, adanya kekecewaan yang dirasakan para bacaleg. Menurutnya, pascapergantian ketua DPC PKB Kabupaten Cirebon dari Raden Hasan Basori ke H Jamil Abdul Latief, peta bacaleg pun banyak yang berubah.
“Setelah ganti ketua, di daftar bacaleg tiba-tiba ada nama-nama baru. Orang-orang itu bawaan ketua baru. Mereka tiba-tiba punya jabatan di struktur DPC dan rata-rata mendapat nomor 1 atau nomor 2 di masing-masing dapil. Ironisnya bacaleg incumbent ada yang terlempar di nomor 4 bahkan ada yang di nomor 6, 7,” ujarnya.***