SUARA CIREBON – Sanggar tari tradisional Sawo Kecik, ikut menyemarakkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Gedung IPSI Kota Cirebon, Sabtu, 27 Mei 23.
Sanggar tari Sawo Kecik, merupakan sanggar tari tradisional yang selalu konsisten untuk melestarikan seni dan budaya Cirebon terutama seni tari yang berpepakem yang memiliki filosofi luhur sebagai warisan budaya leluhur Cerbon.
Pimpinan sangar tari Sawo Kecik, Ratu Dini Andhiyani Seminingrat, mengatakan sanggar yang dipimpinnya kerap tampil di berbagai kegiatan baik untuk kegiatan grand launching, perpisahan sekolah, atau pun pentas seni budaya lainnya.
“Yang terbaru adalah kegiatan untuk merayakan HUT IPSI ke-75 di Gedung IPSI Cirebon pada Sabtu, 27 Mei 2023, dengan penampilan Rampak Topeng Kelana yang dipimpin Ratu Gendis dan tarian lengser untuk menyambut tamu kehormatan seperti, Sultan Kasultanan Kacirebonan dan Danrem,” katanya kepada Suara Cirebon.
Menurut Ratu Dini kegiatan di sanggar tari yang dipimpinnya, berupa tari topeng lima wanda yang meliputi, Tari Topeng Kelana Gandrung, Tari Rampak Tari Topeng Kelana,Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Tumenggung, Tari Batik, Tari Dolanan Sintren, serta tarian nusantara seperti Tari Sajojo, Tari Bungong Jeumpa, dan Tari Kipas Bali.
“Tari Topeng Cirebon memiliki lima karakter, yang disebut topeng lima wanda yang masih berbau syiar Islam,” paparnya.
Dikatakan wanita yang juga menjabat sebagai kordinator seni dan budaya di Forum Komunikasi Pencinta Sejarah Adat Seni dan Budaya Cerbon (FORKO PANCER), menuturkan sejarah topeng lima Wanda yang dimaksud, menurutnya awalnya Sunan Kalijaga dalam menyebarkan syiar Islam menggunakan gamelan dan tari topeng lima wanda ini, yang mengandung makna yaitu melambangkan salat lima waktu.
Makna dari topeng lima Wanda tersebut sendiri, adalah , Topeng Panji, filosofinya adalah bayi yang baru lahir sehingga menggunakan baju putih karena bayi itu masih suci. Kemudian Topeng Samba, yang melambangkan balita sekitar lima tahun ke bawah karakternya ceria, lucu, dan lincah.
Selanjutnya Topeng Rumyang, yang melambangkan usia remaja sekitar 17 tahunan. Lalu lanjut Ratu Dini, adalah Topeng Tumenggung, yang melambangkan sudah berwibawa sudah dianggap sangat dewasa sehingga mendapat julukan Patih Tumenggung.
Dan yang terakhir adalah Topeng Kelana yang disimbolkan dengan kostum berwarna merah yang mengandung pengertian berkarakter keras, keangkaramurkaan atau berambisi karakternya agak berani.
“Sunan Kalijaga dalam membawa misi syiar Islam di Cirebon seperti yang tersimbol dalam topeng lima wanda yang mengartikan salat lima waktu,” katanya.
Masih dikatakan Ratu Dini, yang juga sebagai pelatih tari di sanggar tari Sawo Kecik, menyampaikan lengser atau Ki Lengser adalah tradisi penyambutan tamu atau kegiatan pernikahan yang lazim pada kebudayaan Sunda.
Ditambahkannya, sosok Ki Lengser dalam kebudayaan Sunda diidentikan sebagai kakek-kakek bungkuk berbaju hitam yang tampil pada acara-acara tersebut diselingi dengan bodoran atau lelucon.
“Kalau di Cirebon lengser memiliki kekhasan, yaitu seorang pemuda yang tampil gagah dengan berpakaian putih, dan ini yang membedakan antara lengser Sunda dengan lengser Cirebon,” pungkas Ratu Dini.***