SUARA CIREBON – Ratusan hektare lahan pertanian padi di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan. Ratusan hektar lahan tersebut tersebar di 25 kecamatan di wilayah timur hingga barat Kabupaten Cirebon.
Dari 25 kecamatan itu, kekeringan paling parah berada di Kecamatan Greged, Panguragan dan Kecamatan Suranenggala.
Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana mengatakan, luas lahan pertanian padi (areal sawah, red) yang mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino mencapai 545 hektare.
“Luas lahan pertanian padi Kabupaten Cirebon yang sudah ditanam seluas 6.034,5 hektare, sembilan persen itu sudah terkena dampak kekeringan,” kata Nanang Ruhyana, Rabu, 6 September 2023.
Berdasarkan hasil penelusuran, pihaknya menemukan 1.651 hektare atau 27,4 persen rentan mengalami kekeringan dalam waktu dekat.
“Per 31 Agustus kemarin, 2,7 persen baru dipulihkan dan seluas 23,3% atau 127 hektare baru di intervensi atau dilakukan penanganan,” ujarnya.
Terkait hal itu, Distan Kabupaten Cirebon melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengurangi dampak akibat fenomena tersebut, di antaranya, tata kelola air dan menyediakan alat penunjang air.
“Saat ini kami mencari sumber-sumber air yang bisa digunakan, nanti kalau sudah ada akan ditingkatkan kapasistasnya,” kata Nanang.
Selain itu, Distan Kabupaten Cirebon mengusulkan kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menyiapkan skenario modifikasi cuaca atau hujan di Kabupaten Cirebon.
“Kami akan membuat surat kepada BRIN mengusulkan pengadaan hujan buatan,” ucap Nanang.
Hal itu, lantaran daerah perbatasan Jabar-Jateng ini tidak diguyur hujan lebih dari dua bulan. Dampak kejadian tersebut, kata Nanang, sekitar 545 hektare sawah dari total luas lahan yang sudah ditanami seluas 6.034,5 hektare mengalami kekeringan sehingga menghambat produktivitas.
Terpisah, BRIN menyatakan bakal menyiapkan skenario modifikasi cuaca sebagai upaya antisipasi El Nino di Indonesia.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan instruksi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Waktu rapat terbatas (ratas) mitigasi dampak El Nino dengan Presiden, salah satu penugasan kepada BRIN memang seperti itu,” kata Laksana.
Laksana memaparkan, fokusnya adalah meminimalisir potensi kebakaran, mengingat tingginya risiko akan hal tersebut.
Untuk mengantisipasi kekeringan, lanjut Laksana, pengisian waduk-waduk menjadi salah satu hal yang akan dilakukan.
Sebagaimana diketahui, fenomena El Nino berupa kenaikan suhu permukaan laut mengancam berbagai wilayah di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Fenomena El Nino ini diperkirakan memuncak pada Agustus hingga Oktober 2023.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.