SUARA CIREBON – Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) terus berupaya melestarikan kesenian yang ada, salah satunya dengan melakukan pagelaran kesenian khas tersebut di berbagai desa dan kecamatan.
Subkoor Cagar Budaya dan Permuseuman Disbudpar Kabupaten Cirebon, Iman Hermanto mengatakan, Disbudpar terus berupaya melakukan pelestarian budaya yang ada di Kabupaten Cirebon.
Salah satu bentuk dukungan tersebut, lanjut Iman, dengan melaksanakan pagelaran wayang kulit dan tari topeng di Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Minggu, 29 Oktober 2023 malam lalu.
Menurut Iman, upaya melestarikan seni budaya yang ada juga dilakukan dalam bentuk pengakuan dari pemerintah. Iman mengaku bersykur, sejumlah kesenian asli Kabupaten Cirebon telah mendapat pengakuan dari pemerintah, di antaranya seni Brai.
“Kesenian brai resmi menjadi warisan budaya tak benda khas Cirebon. Seni tradisional sejenis sholawatan dan puji-pujian ini memang dikenal di kalangan masyarakat Cirebon yang mayoritas muslim,” ujar Iman.
Selain kesenian brai, lanjut Iman, Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapatkan sertifikat penetapan warisan budaya tak benda lainnya yakni kerupuk melarat serta sega jamblang.
“Kami dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon meminta masyarakat untuk terus menjaga pelestarian budaya dengan meregenerasi dan menghidupkan kembali ragam budaya yang sudah jarang ditampilkan,” ucapnya.
Menurutnya, penetapan kesenian brai sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari Cirebon menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kabupaten Cirebon.
“Kesenian brai masih bisa dijumpai karena masyarakat yang terus melestarikan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dilihat dari perwujudannya, seni Brai pada dasarnya sama dengan jenis Terbang atau Gembyung, baik pola irama, nyanyian, dan cara penyajiannya. Hanya saja waditra (instrumen musik) yang digunakannya ukurannya lebih kecil.
Seni Brai berasal dari akar kata Birahi yang berari kasmaran atau jatuh cinta. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan Brai adalah seseorang atau sekelompok orang yang sedang mencintai Allah (Birahi Maring Pangeran).
Pertunjukkan kesenian ini dilakukan dengan cara duduk bersila membentuk setengah lingkaran atau membentuk formasi leter U atau bahkan bisa juga dilakukan dengan cara duduk bersaf berderet lurus ke samping. Biasanya saf pertama (paling depan) diisi oleh kaum perempuan sebagai vokalis (pendzikir), saf kedua diisi oleh pemain/penabuh rebana, dan saf paling belakang diisi oleh pemain kendang atau dogdog.
Lagu-lagu sekaran (vokal) dalam kesenian Brai menggunakan lirik/syair berbahasa Arab seperti sholawatan dan bahasa Cirebon. Namun lirik yang berbahasa Cirebon bukan merupakan terjemahan dari bahasa Arab, tetapi lebih merupakan lagu-lagu kreasi yang sengaja diciptakan dengan tujuan agar lebih mudah diresepsi oleh mereka yang kurang paham bahasa Arab.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.