SUARA CIREBON – Gunung Marapi meletus, sebelas pendaki yang berada di areal sekitar puncak saat Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) secara mendadak meletus (erupsi) dinyatakan meninggal dunia.
Para pendaki terjebak di areal yang sangat berbahaya ketika Gunung Marapi erupsi dan menyemburkan kolom awan abu vulkanik setinggi 3000 meter.
Terungkap, saat Gunung Marapi erupsi, ternyata terdapat lebih banyak jumlah pendaki di kawasan puncak. Jika sebelumnya tercatat sekitar 45, kini data terakhir menunjukan sekitar 75 pendagi.
Dari 75 pendaki, 11 pendaki dinyatakan meninggal dunia terdampak letusan atau erupsi Gunung Marapi pada Minggu siang pukul 14.15 WIB, 3 Desember 2023.
Sebanyak 28 pendaki telah dinyatakan selamat. Sudah lolos dari maut di kawasan puncak Gunung Marapi, mereka bisa turun dan langsung dievakuasi ke lokasi yang aman.
Sampai Senin siang, 4 Desember, 2203, tim gabungan masih terus melakukan pencarian dan pertolongan terhadap para pendaki Gunung Marapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumbar.
Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pada Senin hari ini, pukul 10.30 WIB, sebanyak 28 dari total 75 orang pendaki sudah berhasil dievakuasi.
Dari 75 pendaki, yang sempat naik ke puncak Gunung Marapi beberapa jam sebelum akhirnya terjadi erupsi, 54 pendaki mengakses pintu masuk Batu Palano di Kabupaten Agam. Kemudian 21 pendaki dari pintu nasuk Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar.
Untuk yang selama, dari 28 pendaki, sebanyak 19 orang sudah ditemukan dan pulangkan ke rumah masing-masing. Sedangkan 9 pendaki baru ditemukan dan langsung dievakuasi ke tempat aman.
Tim gabungan membawa para pendaki ke fasilitas medis untuk perawatan lebih lanjut, di antaranya RSUD RSUD Dr Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dan RSUD Padang Panjang karena mengalami luka-luka.
Untuk 11 pendaki yang meninggal dunia, petugas masih melakukan identifikasi jenazah yang juga telah dievakuasi pada hari ini.
Hingga Senin siang, Pusdalops BNPB masih menerima informasi 26 pendaki belum berhasil dievakuasi. Rinciannya 20 pendaki teridentifikasi melalui pendaftaran yang terlacak dari jejak digital. Sedangkan sisanya, mereka terdaftar saat di lokasi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi.
Apakah 11 yang meninggal dunia itu masuk rombongan 26 pendaki yang namanya sudah teridentifikasi melalui mekanisme pendaftaran TWA Gunung Marapi, masih terus ditelusuri.
“Erupsi masih terjadi dan upaya pencarian masih kami lakukan bersama tim gabungan,” kata Tim Pusdalops BPBD Kabupaten Agam Ade Setiawan Putra.
Data termutakhir dari aktivitas vulkanik Gunung Marapi, hingga Senin pagi tercatat ada delapan kali letusan dan 43 kali hembusan, dengan amplitudo paling besar mencapai 14,2 mm serta berdurasi selama 56 detik.
Tim BPBD Tanah Datar dan Agam terus memonitor perkembangan erupsi Gunung Marapi di lokasi guna melakukan tindakan cepat dalam penanganan evakuasi warga apabila kembali terjadi aktivitas vulkanik yang lebih besar.
BPBD mengimbau masyarakat, wisatawan, dan pendaki tidak melakukan aktivitas di bawah radius 3 kilometer dari puncak atau kawah. Masyarakat wajib memakai masker, topi, dan kaca mata ketika beraktivias di luar ruangan dan tidak menyebarkan informasi yang belum bisa diverifikasi kebenarannya.
Terkait dengan aktivitas vulkanik, PVMBG masih menetapkan Gunung Marapi pada status level II atau ‘Waspada’.***