SUARA CIREBON – Kabupaten Cirebon bebas sampah pada 2024 memang bukan hanya isapan jempol. Bupati Cirebon, H Imron, MAg membuktikannya dengan telah beroperasinya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Kubangdeleg di wilayah Kecamatan Karangwareng.
Dimana, TPA tersebut juga dilengkapi dengan sarana penunjang untuk mempercepat upaya penanganan sampah, termasuk menyediakan sejumlah alat berat di TPA tersebut.
Bukan hanya itu, orang nomor satu di Kabupaten Cirebon itu juga menambah jumlah armada pengangkut sampah hingga tiga kali lipat dari yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebelumnya.
Dengan beroperasinya TPA tersebut, penanganan sampah lebih optimal karena pengangkutan sampah bisa dilakukan di dua TPA yang ada, yakni Kubangdeleg dan Gunungsantri di Kecamatan Palimanan.
Kabupaten Cirebon bebas sampah 2024 ini, tak lain karena komitmen dan konsen dari Bupati Imron terhadap persoalan yang mendapat perhatian publik tersebut.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon, Fitroh Suharyono mengatakan, TPA Kubangdeleg telah resmi beroperasi pada awal November tahun lalu. Menurutnya, TPA tersebut telah mampu mengurangi sampah 18 ton setiap harinya.
“Alur sampah ketika datang ke TPA Kubangdeleg itu ditimbang, kemudian diolah secara manual untuk mata pencaharian masyarakat sekitar. Setiap hari masyarakat bisa memilah 5-6 truck dalam sehari,” kata Fitroh, Selasa, 16 Januari 2024.
Saat ini, kata Fitroh, pengolahan yang dilakukan di TPA Kubangdeleg masih skala kecil dengan cara dipilah secara manual kemudian sisanya ditimbun. “Target kita pengolahan sampah skala besar insya Allah tahun ini,” paparnya.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu kelanjutan kerjasama yang ditawarkan oleh PT Reciki Solusi Indonesia. “Sampai akhir bulan Januari ini kita tunggu kelanjutannya. Kalau tidak ada, ya kita ambil PT yang lainnya,” tegas Fitroh.
Saat ini, di TPA Kubangdeleg baru memiliki satu mesin pemilah. Residu hasil pemilahannya kemudian dialihkan ke kolam penampungan untuk ditimbun. “Alhamdulillah 5-10 persen dapat terpilah, karena proses masih skala kecil. 90 persennya ditimbun. Nanti yang ditimbun bisa diproses lagi,” pungkasnya.***