SUARA CIREBON – Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF-PBNU) menggelar seminar internasional terkait falakiyah. Diselenggarakannya kegiatan tersebut berdasarkan hasil keputusan halaqah falakiyah yang digelar di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, belum lama ini.
Halaqah yang digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (13-14/1/2024) terselenggara berkat kerjasama LF-PBNU dengan LF-PWNU Jabar, LF-PCNU Kabupaten Cirebon, dan Ma’had Aly Ilmu Falak-Astronomi Pondok Pesantren Mu’allimin Mu’allimat Babakan Ciwaringin.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah Kemenag RI, Adib mengapresiasi halaqah falakiyah tersebut dan mendukung program Kemenag RI dalam pelayanan umat di bidang hisab dan rukyat.
“Terlebih di Babakan sudah ada Ma’had Aly Ilmu Falak, ini akan menjadi partner utama Kemenag RI dan Lembaga Falakiyah. Terlebih, sekarang LF-PBNU telah menggagas Qoth’iy ar-Ru’yah sebagai solusi meminimalisir perbedaan awal Ramadan dan hari raya,” ungkapnya.
Pemateri Halaqah, Dede Wahyudin menjelaskan, tentang waktu subuh perspektif fikih. Menurutnya, paradigma waktu salat bersifat lokal dan NU memegang teguh kaidah awal waktu salat subuh yaitu munculnya fajar shadiq secara nyata pada saat keadaan masih gelap, hingga orang tidak dapat melihat dengan jelas orang yang berada di sampingnya atau disebut taghlis.
“Sebagaimana hadis riwayat dari ‘Aisyah dan berlandaskan beberapa kitab fikih mu’tabar di kalangan NU,” kata Dede.
Perwakilan tuan rumah acara, KH Marzuki Ahal menyampaikan, halaqah falakiyah ini memiliki urgensi menghidupkan kembali ilmu falak di kalangan pesantren. Ilmu falak di Ma’had Aly misalnya, mengambil peran mendekatkan ilmu falak sebagaimana ilmu lain seperti fikih, ushul fikih, tafsir dan lain-lain.
“Dengan berpijak pada paradigma ‘falak yang berfilsafat dan filsafat yang falakiyah’,” katanya.
Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie dalam sambutannya menyampaikan, keunikan Cirebon sebagai kota santri, setidaknya ada 4 pondok besar, di wilayah paling barat ada Pesantren Babakan, Pesantren Arjawinangun, Kempek, Buntet, Gedongan yang melahirkan KH Mahrus Ali penerus Pesantren Lirboyo.
Menurutnya, kini banyak pesantren tidak mengajarkan ilmu falak, karena dinamika pendidikan yang sedemikian ketat dalam persaingan antar lembaga pendidikan yang berafiliasi dalam NU.
“Di samping itu, sistem pendidikan yang sudah sedemikian canggih menggiurkan milenial sehingga tidak melirik ilmu falak. Ini tantangan kita untuk menggairahkan kembali ilmu falak di dunia pesantren,” katanya.
KH Shofiyulloh, mewakili Ketua LF-PBNU menyampaikan, halaqah tersebut terselenggara berkat penggalangan dana secara mandiri. Output dari halaqah ini menghasilkan rekomendasi seminar internasional falak Indonesia sekaligus sosialisasi konsep baru Qoth’iy ar-Ru’yah Nahdlatul Ulama (QRNU) kepada dunia.
“Yang rencananya akan diselenggarakan November tahun ini di Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto Jawa Timur,” ujarnya.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.