SUARA CIREBON – Suasana duka masih menyelimuti keluarga korban yang diduga dibunuh sang suami dan mayatnya ditemukan mengapung di sungai Wanganayam, Desa Jatipura, Kecamatan Susukan beberapa waktu lalu.
Saat Suara Cirebon menyambangi kediaman orang tua korban di Blok Karanganyar, RT 2 RW 6 Desa Bunder, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon pada Minggu, 21 Januari 2024 sore, raut kesedihan nampak masih terpancar di wajah ayah korban, S (43).
Peristiwa sadis yang menimpa anak pertama dari tiga anak yang dimiliki S hasil pernikahannya dengan istrinya, Y, telah membuat ia dan istrinya syok berat.
Tidak banyak yang diceritakan pria yang kesehariannya bekerja jual beli barang bekas di Jakarta itu kepada Suara Cirebon. Saat memulai pembicaraan, suara S terdengar bergetar begitu hebat. Wajar, hal itu karena peristiwa tersebut merupakan cobaan terberat dalam hidup S dan keluarga.
“Saya sempat ngedrop karena lima hari tidak makan. Baru hari ini saya mulai bisa makan,” ujar S.
Menurut S, saat ini ia dan keluarga sudah ihlas dengan kepergian OF (20) untuk selama-lamanya. S juga mengaku sudah memaafkan orang tua terduga pelaku yang sempat dua kali datang ke rumahnya sebelum dan sesudah jenazah tersebut diyakini sebagai OF.
“Dia (orang tua terduga pelaku, red) meminta maaf ya saya kasih maaf. Tapi proses hukum harus tetap berjalan,” ujar S.
Sejak S meyakini korban adalah anaknya, ia dan istrinya tak henti berdoa untuk anaknya hingga menggelar doa bersama atau tahlilan selama tujuh hari.
Bahkan, pada Sabtu, 20 Januari 2024 kemarin, ia dan keluarga telah selesai menggelar doa ke tujuh hari meninggalnya OF (20) yang diduga kuat menjadi korban pembunuhan yang dilakukan suaminya, MMF (20).
Doa ke tujuh hari tersebut digelar, karena ia meyakini mayat yang telah dikebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Jatipura sesuai TKP awal ditemukannya korban, adalah anaknya yang sebelumnya sempat dilaporkan hilang ke pihak kepolisian.
“Saya baru umumkan di musala bahwa anak saya meninggal itu empat hari setelah kejadian (temuan mayat, red). Makanya tahlilan tujuh hari itu baru selesai dilaksanakan kemarin,” tutur S.
Selain menggelar doa bersama atau tahlilan, orang tua korban pun sudah mengganti batu nisan makam korban yang semula tertulis “Wanita Bin Rabo” diganti dengan nama anaknya, yakni OF.
“Karena saya yakin sekali itu anak saya. Ciri-cirinya pas, ada tahi lalat di atas mulut pas di bawah hidung, rambut panjang memakai pewarna, dan di kaki ada bekas kecelakaan,” paparnya.
Kendati sudah ihlas menerima kepergian anaknya, namun secara tegas S meminta agar kasus tersebut diusut tuntas dan diproses sesuai hukum yang berlaku. “Usut tuntas, tidak ada kata damai,” tegasnya.
Saat disinggung tentang kepribadian menantunya yang menjadi terduga pelaku pembunuhan sadis tersebut, S seolah enggan menceritakannya, karena hal itu akan membuat apa yang akan ia ceritakan berujung ke peristiwa keji yang bakal membuatnya kembali syok.
S hanya menyebut bahwa terduga pelaku adalah sosok yang pendiam namun pencemburu. “Cemburuan, tapi anaknya pendiam,” ungkapnya.***