SUARA CIREBON – Seorang anak warga Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, ARP (13) depresi berat, gara-gara handphone (HP) yang dibeli dari uang hasil tabungan pribadi dijual ibunya karena terdesak kebutuhan ekonomi.
Kasus itu mendapat perhatian banyak pihak, salah satunya Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Pasanya, ARP tercatat masih sebagai murid di salah satu sekolah dasar (SD) di daerah sekitar tempat tinggalnya.
APR seharusnya sudah duduk di kelas 6 SD, namun terpaksa berhenti sekolah. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Alifyanto dan Siti Anita itu, sudah 10 bulan menderita depresi berat.
Menurut ibu kandungnya Siti Anita, ia terpaksa menjual HP anaknya itu untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
“Waktu itu saya bingung, saya enggak kerja, enggak jualan, terus suami waktu itu selama delapan bulan enggak kasih nafkah, saya bingung, jadi ada barang itu (HP) saya jual untuk makan sehari-hari,” ungkap Siti, saat ditemui di kediamannya, Senin, 13 Mei 2024.
Siti mengatakan, HP yang dimiliki ARP merupakan jerih payahnya sendiri dari hasil menabung.
“Itu barang punya dia sendiri, hasil menabung sendiri, tetapi saya izin dulu pas mau saya jual. Aa, mamah pinjem ya, nanti mamah balikin kalau sudah ada uang, dia bilang boleh,” katanya.
Namun setelah Siti menjual HP miliknya, perubahan sikap ARP mulai terlihat. Ia jadi sering melamun.
“HP itu biasa dia pakai buat main game, seumuran segitu masih suka main game, juga dipakai belajar seperti kaya waktu zaman Covid, pake HP itu,” tambahnya.
Akibat depresi yang dialaminya, Siti menjelaskan, ARP enggan untuk melanjutkan sekolahnya.
“Sekarang dia kan harusnya kelas 6 pas dua bulan baru masuk kelas 6 itu, dia berhenti. Sampai sekarang dia enggak mau sekolah. Jadi dia itu pernah ngamuk di sekolah, gebrak meja, jadi teman-temannya takut, setelah itu saya putuskan jangan sekolah dulu, karena takut teman-temannya ngerasa ketakutan sama takut dibully,” jelasnya.
Siti berharap, depresi yang dialami oleh anak kandungnya itu bisa disembuhkan, agar ia dapat kembali hidup normal layaknya seorang anak.
“Saya kepingin anak saya normal kembali, Ar** sembuh, bisa sekolah lagi, bisa main lagi kaya anak-anak yang lain,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Dikdas Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih menambahkan, berdasarkan informasi yang dihimpun Disdik dari RW dan RT setempat, ARP telah mengumpulkan uang untuk bisa membeli hand phone.
“Anaknya baik dan pintar, tidak ada masalah, baik itu dari kelas satu sampai kelas enam, jadi permasalahan ini muncul dari penjualan hand phone oleh ibunya,” kata Ade, usai mengunjungi rumah ARP.
Namun, Ade mengaku tidak dapat menyalahkan orang tua ARP yang telah menjual hand phone anaknya tersebut.
“Kami tidak bisa menyalahkan orang tua, hanya mungkin kesedihan anak ini tidak bisa keluar karena termasuk anak yang pendiam, ketika pulang sekolah HP-nya sudah dijual,” katanya.
Disdik Kota Cirebon memastikan ARP memiliki kartu indonesia pintar (KIP) dan menerima PIP, sementara pihak Dinsos memberikan PKH.
“Jadi artinya penanganan ini sudah aman, hanya anak ini membutuhkan terapi, jadi bantuan terapi ini harus berkelanjutan karena masih besar kemungkinan anak ini (sembuh) seperti sediakala,” ujarnya.
Pihaknya telah meminta kepada pihak sekolah untuk tidak mengeluarkan ARP, karena saat ini kondisi anak dalam situasi khusus.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.