SUARA CIREBON – Lini masa media sosial di kalangan warga Jawa Barat tengah viral beredar video Kang Dedi Mulyadi (KDM) dipelukseorang eman-emak.
Terdeteksi sejak Jumat sore, 6 September 2024,video itu viral beredar. Berseliweran di berbagai aplikasi percakapan seperti Grup WhatsApp (Grup WA).
Dalam video itu, terlihat Kang Dedi Mulyadi disalami sejumlah emak-emak. Namun terlihat ada seorang yang memeluk erat-erat.
Terungkap, video tersebut merupakan video lama. Terjadi beberapa bulan lalu dalam sebuah acara internal Partai Gerindra di rumah tinggal KDM di Lembur Pakuan, Subang.
Video tersebut diduga sengaja dimunculkan dan diviralkan.Diduga kuat bermotif politik, untuk menggiring opini negatif kepada KDM yang saat ini maju sebagai Cagub Jabar berpasangan dengan Cawagub Jabar Erwan Setiawan.
Pakar komunikasi Unpad, Dr Lilis Puspitasari mengungkapkan, adegan dalam video itu merupakan spontanitas.
Jamak terjadi di setiap even yang berhubungan dengan tokoh terkenal atau yang menjadi idola. Menggambarkan bagaimana kedekatan dan keakraban antara sang tokoh dengan masyarakat yang mengidolakan.
“Jamak terjadi. Itu spontanitas. Justru menggambarkan bahwa ada keakraban dan kedekatan antara sang tokoh idola dengan masyarakat,” tutur Lilis.
Lilis menjelaskan, dalam kajian ilmu komunikasi, setiap pesan yang disampaikan melalui media termasuk medsos sangat dipengaruhi oleh konteks budaya dan persepsi audiens.
“Dalam kasus video yang menampilkan Kang Dedi Mulyadi dipeluk oleh seorang ibu-ibu, penting untuk memahami konteks budaya dan norma sosial yang berlaku,” kata Lilis.
Lilis menjelaskan, dalam budaya masyarakat Sunda, hubungan antara pemimpin dan masyarakat seringkali digambarkan dengan kedekatan emosional yang erat.
Hal itu mencerminkan nilai someah (ramah) dan hormat pada sesepuh atau tokoh masyarakat.
“Gestur pelukan bisa dilihat sebagai bentuk ekspresi penghargaan dan keakraban yang mana dalam konteks tersebut bukanlah hal yang aneh atau tabu,” tuturnya.
Menurut Lilis, setiap pesan yang tersebar di ruang publik akan ditafsirkan secara berbeda oleh setiap individu tergantung pada latar belakang sosial, nilai dan kepentingan mereka.
Dalam hal ini, lanjut Lilis, penting untuk tetap menjaga objektivitas dalam menilai video tersebut serta tidak terbawa narasi yang dibuat untuk tujuan tertentu.
“Kunci dari komunikasi yang efektif adalah memahami konteks dan niat yang melatarbelakangi sebuah tindakan, serta menilai secara kritis sebelum memberikan reaksi,” pungkas Lilis.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.