SUARA CIREBON – Memasuki tahapan Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar), lembaga-lembaga agama atau keagamaan harus dihormati dan dijaga netralitasnya.
Lembaga agama, termasuk organisasi massa (ormas) keagamaan, harus tetap dijaga kesuciannya supaya lebih fokus dalam syiar dan pemberdayaan umat.
Cagub Jabar, Dedi Mulyadi mengajak semua pihak yang berkontestasi dalam Pilgub Jabar dan Pilkada Serentak 2024 bersama-sama menjaga agar lembaga agama dan ormas keagamaan netral.
Para kontestan Pilkada Serentak 2024, termasuk Pilgub Jabar, tidak menyeret lembaga agama seperti NU, Muhammadiyah, Persis dan lain-lain dalam aksi dukung-mendukung.
Dedi Mulyadi mengungkapkan ajakan tersebut ke sejumlah awak media usai bertemu pengurus dan tokoh Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat di Jalan Peta, Kota Bandung, Senin 9 September 2024.
Mantan Bupati Purwakarta dua periode ini menjelaskan, lembaga agama memiliki tugas mulia dan misi suci yang harus dijaga kesuciannya.
“Misinya selalu membimbing umat berbuat baik dan menjauhkan umat dari hal-hal yang tidak baik. Umat itu sifatnya keseluruhan, tidak melihat latar belakang politik atau pilihan politiknya,” tutur Dedi Mulyadi.
Dalam konteks sebagai Cagub Jabar, Dedi Mulyadi berkomitmen tidak akan meminta dukungan lembaga-lembaga agama tersebut, termasuk Persis.
Alasanya, bukan karena tidak butuh suara mereka, tapi karena dirinya ingin lembaga agama tersebut terjaga kesucian misinya.
“Saya tak ingin mencampuradukan kesucian lembaga agama dengan urusan politik praktis. Saya tak ingin menodai kesuciaan lembaga agama dengan cara meminta dukungan,” katanya.
Terkait kedatangannya ke kantor Persis, Dedi Mulyadi menjelaskan hal itu dilakukannya lebih dalam rangka menjaga dan merawat silaturahmi.
“Bukan meminta dukungan. Soal siapa yang akan mereka pilih biarkan itu menjadi urusan masing-masing anggota lembaga mereka. Mereka lebih tahu siapa calon yang layak dipilihnya, tanpa harus diajari atau diarahkan,” tuturnya.
Dengan tetap menjaga netralitas lemabaga atau ormas keagamaan, posisi mereka tetap terjaga dan tidak menyebabkan perpecahan umat hanya gara-gara dukung-mendukung.
“Biarkan lembaga keagamaan, serta tugas para ulama menunaikan prinsip amar maruf nahi munkar,” tutur dia.
Dedi Mulyadi yang populer disapa Bapak Aing ini mengingatkan peran strategis Persis sebagai lembaga agama yang sangat konsen dengan dunia pendidikan, membentuk karakter anak muda yang berakhlakul karimah.
“Akhlakul karimah ini sangat penting dalam kontek mengatasi permasalahan kenakalan remaja saat ini. Nah disini salah satu tugas ulama dan lembaga keagamaan,” tutur Dedi Mulyadi.
Untuk Persis, Dedi Mulyadi berharap dalammenjalankan misi pendidikannya tidak ekslusif, tapi inklusif. Artinya, sistem pendidikannya terbuka untuk anak-anak diluar Persis.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.