SUARA CIREBON – Fungsi penyelamatan pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelematan (Disdamkarmat) sudah dikenal luas oleh masyarakat Kabupaten Cirebon.
Masyarakat yang membutuhkan bantuan Damkar, khususnya untuk proses penyelamatan, akan langsung menghubungi pos jaga Damkar terdekat.
Sayangnya, permohonan masyarakat kepada pihak Damkar belakangan ini mulai banyak yang aneh dan terbilang nyeleneh. Pasalnya, tidak sedikit permohonan bantuan penyelamatan yang disampaikan warga, merupakan hal sepele yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri atau bersama tetangga sekitar.
Kabid Pemadam Penyelamatan dan Sarana Prasarana (PPSP) Disdamkarmat Kabupaten Cirebon, Eno Sujana menyampaikan, belakangan ini pihaknya kerap mendapat laporan dari masyarakat yang nyeleneh.
Tak jarang, laporan nyeleneh tersebut diterima pihaknya saat tengah malam bahkan dini hari. Di antaranya, permintaan bantuan untuk mengevakuasi tokek pada pukul 01.00 WIB dini hari. Namun setelah laporan ditindaklanjuti anggota, ternyata hanya tokek kecil berukuran dua jari saja.
“Jam 1 malam ada yang telepon minta untuk mengevakuasi tokek. Kecil tokeknya, hanya dua jari. Kemudian kemarin (dua hari yang lalu, red) ada kucing liar naik di pohon, warga telepon Damkar minta diturunkan, di Astanajapura,” ujar Eno Sujana, Senin, 16 September 2024.
Selain itu, ada juga laporan warga yang meminta Damkar mengusir tikus di atas plafon rumah. Bukan hanya itu, ada juga warga yang menelepon Damkar untuk mengevakuasi ular yang posisinya ada di selokan, bukan di dalam atau di atap rumah yang mengancam pemilik rumah.
“Ada lagi yang lebih nyeleneh, di wilayah Depok. Orang pindahan rumah minta bantuan Damkar untuk bopong lemari. Ini kan sangat nyeleneh, saya hanya bisa mengelus dada,” kata Eno
Bahkan, imbuh Eno, Damkar juga pernah “dikerjain” oleh laporan warga yang meminta bantuan untuk mengevakuasi ular. Setelah tim Damkar tiba di lokasi, ternyata hanya ular karet alias ular mainan.
Eno menyayangkan hal tersebut yang mulai banyak dilakukan masyarakat Kabupaten Cirebon. Sejumlah laporan yang ia terima belakangan ini, merupakan persoalan sepele dan tidak mengancam nyawa.
Sejumlah laporan nyeleneh tersebut, menurut Eno, menjadi gambaran semakin hilangnya semangat kebersamaan dan gotong-royong di tengah masyarakat Kabupaten Cirebon.
“Hal-hal sepele dan tidak mengancam keselamatan baiknya bisa dilakukan mandiri. Kalau dulu kan misalnya ayam kita tercebur sumur, itu diambil ramai-ramai sama tetangga. Tapi sekarang, itu sudah tidak ada,” paparnya.
Karena itu, pihaknya kini mulai melihat setiap laporan evakuasi dengan mempertimbangkan kepentingan terlebih dahulu. Mengingat, jumlah personel Damkar juga sangat terbatas.
“Ada beberapa pos jaga yang satu regunya hanya 4 orang, itu harusnya 6 orang. Hanya pos jaga Weru dan Sumber yang 6 orang,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.