SUARA CIREBON – Polemik perebutan takhta Keraton Kasepuhan Cirebon yang kembali terjadi mengundang keprihatinan sejumlah pihak.
Hal itu menyusul terjadinya kericuhan di Alun-alun Sangkala Buana yang berada tepat di depan Keraton Kasepuhan, antara para pendukung pihak-pihak yang berseteru, Rabu, 2 Oktober 2024 kemarin.
Akibat kericuhan tersebut, sejumlah fasilitas umum yang ada di alun-alun itu rusak. Masyarakat pun kembali dibuat bingung, karena masing-masing pihak mengklaim sebagai Sultan Kasepuhan yang sah.
Keprihatinan atas kisruh perebutan takhta Keraton Kasepuhan juga diungkap Penjabat (Pj) Wali Kota Cirebon, H Agus Mulyadi. Agus mengaku keprihatinan dengan perebutan takhta Keraton Kasepuhan yang tak kunjung usai.
“Pemerintah Kota Cirebon tentu sangat prihatin dengan polemik yang tak kunjung selesai. Terlebih kemarin sampai terjadi kericuhan hingga menyebabkan sejumlah fasilitas Alun-alun Sangkala Buana Kasepuhan rusak,” kata Agus, saat ditemui usai membuka acara Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Cirebon, Kamis, 3 Oktober 2024.
Agus menyebut, keprihatinan serupa juga telah disampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat. Menurutnya, polemik berujung kericuhan yang telah terjadi beberapa kali dalam rentang waktu cukup lama tersebut, berdampak pada sektor pariwisata.
“Jelas ini sangat berdampak. Orang segan untuk berkunjung ke keraton. Orang mau menyelenggarakan sebuah kegiatan event juga agak bingung juga. Tapi mudah-mudahan sih bisa segera selesai,” katanya.
Pihaknya berharap, polemik perebutan takhta Keraton Kasepuhan dapat segera selesai. Menurutnya, penyelesaian polemik tersebut, sebaiknya dilakukan secara internal pihak keluarga keraton.
“Memang penyelesaiannya harus dilakukan internal keluarga keraton sendiri. Kami (Pemkot Cirebon) sudah pernah memediasi mengumpulkan antarpihak yang mengklaim dirinya sebagai Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan, namun sayangnya polemik ini masih saja berlanjut,” ujarnya.
Jika diminta, Agus mengaku Pemkota Cirebon siap kembali memfasilitasi pertemuan para pihak yang berkonflik.
“Kita siap memfasilitasi para pihak yang berseteru untuk duduk bersama mencari penyelesaian atas polemik ini,” katanya.
Sebelumnya, pihak Keraton Kasepuhan Cirebon melalui Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat, menegaskan, keraton tidak memerintahkan adanya keributan maupun tindakan kekerasan.
Dia menjelaskan pertemuan yang seharusnya bertujuan untuk berdiskusi mengenai silsilah keluarga dan klarifikasi terkait beberapa isu, termasuk soal pemberian anugerah kepada Habib Luthfi. Namun, situasi memanas setelah adanya pernyataan yang dianggap provokatif dari pihak Pangeran Kuda Putih, Heru Nursamsi di media sosial.
“Terkait kejadian hari ini, sebetulnya tidak ada konflik. Hari ini akan mengadakan diskusi dengan pihak Heru alias Kuda Putih yang difasilitasi oleh Prabu Diaz di Laskar Macan Ali. Sebetulnya itu,” ujar Pangeran Goemelar, Rabu, 2 Oktober 2024.
Ia menyebut, masyarakat mungkin merasa geram akibat bahasa atau cara penyampaian pernyataan-pernyataan dari pihak Heru yang dianggap kurang baik.
“Karena mereka suka ber-statement di medsos, dan mungkin bahasanya kurang baik. Jadi masyarakat itu sudah geram atau resah,” ucapnya.
Menurutnya, hingga saat ini, pihak Keraton Kasepuhan masih menekankan pentingnya penyelesaian permasalahan secara damai melalui dialog, tanpa ada tindakan yang merugikan masyarakat luas.
Diberitakan sebelumnya, Setelah mereda selama beberapa waktu, polemik perebutan takhta Keraton Kasepuhan Cirebon kembali memicu kericuhan, Rabu, 2 Oktober 2024.
Kericuhan itu terjadi di Alun-alun Sangkala Buana yang berada tepat di depan Keraton Kasepuhan. Akibat kericuhan tersebut, sejumlah fasilitas umum yang ada di alun-alun itu rusak.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.