SUARA CIREBON – Keberadaan Bank Sampah Dewi Sri di Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, telah menyedot animo masyarakat untuk menabung sampah di bank sampah tersebut.
Masyarakat yang aktif menabung sampah tidak hanya dari desa setempat, tapi juga dari desa-desa di sekitar Desa Girinata. Karena, selain memiliki program green service yaitu pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dengan cara menabung sampah, manajemen bank sampah Dewi Sri juga memiliki program Sambo, yakni sampah jadi sembako.
Seperti layaknya perbankan, pihak manajemen akan menimbang sampah yang dikumpulkan warga selaku nasabah. Hasil penimbangan kemudian dicatat dalam buku rekening sesuai harga dari jenis sampah yang masuk.
Setelah pihak bank sampah menjual sampah tersebut ke pabrik yang sudah bekerja sama, nasabah bisa mencairkan tabungan sampahnya baik dengan berupa sembako atau untuk mendapatkan SIM.
Namun pihak bank sampah Dewi Sri, tidak memaksa para nasabah untuk menabung uang atau hasil tabungan bank sampahnya, melainkan bisa juga diambil langsung. Karena yang penting bagi pihak bank sampah Dewi Sri, semua sampah bisa masuk ke bank sampahnya.
Direktur Bank Sampah Dewi Sri, Ade Suharto, mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki lebih dari 300 nasabah dari desa setempat dan desa-desa tetangga seperti Desa Kedongdong Kidul, Cipanas, Cangkoak, Sindangmekar, Cisaat, Sindangjawa, Desa Balerante, dan Kelurahan Kenanga.
“Selain melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah, kami juga melakukan kegiatan pemberdayaan berupa penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan pentingnya lingkungan yang tertata, sehat dan bersih,” kata Ade Suharto, Minggu, 20 Oktober 2024.
Selain pemerintahan desa, bank sampah Dewi Sri juga mempunyai nasabah dari sejumlah dinas atau instansi pemerintah daerah seperti Bappelitbangda, DKPP, Dinas Pertanian, DPMD dan Dinas Lingkungan Hidup itu sendiri hingga sekolah-sekolah dan pesantren.
Untuk memudahkan nasabah menabung sampah, bank sampah Dewi Sri juga melakukan jemput bola. Pihak Dewi Sri telah menyiapkan petugas untuk mengambil sampah di desa, sekolah dan instansi pemda sesuai jadwal yang telah diatur.
“Kalau di desa kami sendiri seminggu sekali kita keliling ngambil sampah, kebetulan di sini ada enam blok,” paparnya.
Sampah-sampah yang telah terkumpul akan dijual ke salah satu perusahaan di Majalengka yang sudah bekerja sama. Dalam dua minggu, sampah yang dijual bisa lebih dari 4 ton.
“Di bank sampah ini semua jenis sampah kita terima semua termasuk residu sampah yang semula dibakar sekarang kita terima. Kecuali sampah organik, itu nanti dikelola oleh kelompok wanita tani (KWT) untuk kemudian diolah menjadi kompos,” kata Ade.
Dengan adanya program Sambo, lanjut Ade, masyarakat semakin antusias untuk menabung sampah di bank sampah Dewi Sri. Rerata masyarakat menabung sampah itu untuk mendapat sembako yang diambil pada saat menjelang Ramadan.
Sementara nasabah yang ingin mengajukan pembuatan SIM, maka nilai tabungan sampahnya minimal sudah mencapai angka Rp100 ribu.
“Setiap minggunya, ada saja yang bikin SIM. Sekarang ini sudah ada sekitar 54 nasabah yang mau bikin SIM,” kata Ade.
Kendati demikian, ia berharap kepada pemda agar dapat membantu penambahan kendaraan roda tiga atau becak motor (cator) untuk mempercepat pengangkutan sampah dari para nasabah.
Pasalnya, bank sampah Dewi Sri baru memiliki satu cator yang beroperasi enam kali dalam sehari. Terlebih ketika sampah sedang membludak, pihaknya merasa kewalahan untuk mengangkut sampah kalau hanya dengan satu cator.
“Kami memohon kepada pemerintah, khususnya DLH untuk membantu memberikan kendaraan roda tiga, kemudian laptop untuk pencatatan digital sama mesin printernya untuk pembuatan SIM,” harapnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.