SUARA CIREBON – Pipa jaringan distribusi dalam kota yang telah dimakan usia, menjadi salah satu penyebab pelayanan air bersih ke beberapa zona di Kota Cirebon, masih belum bisa terlayani 24 jam.
Hal itu dikatakan Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon, Handarujati Kalamullah kepada wartawan, Kamis, 24 Oktober 2024.
“Banyak pipa jaringan distribusi dalam kota yang sudah tua. Butuh peremajaan agar pelayanan bisa maksimal,” kata Andru sapaan akrabnya.
Andru menuturkan, saat kunjungan kerja ke aset PDAM Tirta Giri Nata di resevoir Plangon dan sumur pengumpul sumber air Cipaniis, Kuningan, Selasa, 22 Oktober 2024 lalu, Komisi II melihat perlunya dilakukan asistensi terhadap lima BUMD yang ada di Kota Cirebon, salah satunya adalah PDAM.
“Hasilnya akan dirumuskan bersama formulasi kebijakan dan program apa yang bakal diberikan, guna memaksimalkan pelayanan air bersih ke pelanggan, serta untuk meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa diberikan PDAM Tirta Giri Nata pada kas daerah Kota Cirebon.
“Ini upaya komisi II dalam memaksimalkan peran perusahaan daerah Kota Cirebon,” ungkapnya.
Seperti diketahui, dua program yang sudah rampung dikerjakan PDAM Tirta Giri Nata yakni pembangunan reservoir raksasa 9.000 meter kubik di Plangon, serta pembangunan Jaringan Distribusi Utama (JDU) dengan pipa berdiameter 600 milimeter sepanjang 7,4 kilometer dari Sumber, Kabupaten Cirebon, hingga Kalitanjung.
“Kita lihat, di hulu sudah tidak ada masalah, satu lagi ‘PR’ nya, yaitu penataan pipa jarirngan dalam perkotaan yang memang sudah tua. Bahkan ada yang sudah ada sejak zaman Belanda,” ungkap Andru.
Dari laporan PAM-TGN, lanjut Andru, PR terakhir ini memang cukup berat, karena membutuhkan anggatan yang fantastis, hingga Rp450 miliar.
Terkait hal itu, Direktur Utama PDAM Tirta Giri Nata Kota Cirebon, H Sopyan Satari mengakui, dua PR besar sudah terselesaikan, sehingga di sisi hulu, pengelolaan air sudah sangat maksimal, tinggal di hilir pada sistem distribusinya.
Dengan pembangunan reservoir, saat ini PAM-TGN bisa memanfaatkan air selama 24 jam full, ditambah jaringan distribusi sampai Kalitanjung yang sudah mendukung, sehingga tinggal dari Kalitanjung masuk ke pipa-pipa jaringan perkotaan saja.
“Di hulu, mulai air baku sampai transmisi tidak ada masalah. PR kita tinggal revitalisasi dan penataan jaringan di dalam perkotaan. Hampir seluruh wilayah perkotaan sudah tua, sudah melampaui usia teknisnya,” jelas Opang, sapaan akrabnya.
Diakui Opang, PR ketiga ini memang yang paling berat, termasuk dari sisi kebutuhan anggaran. Tiga tahun lalu, lanjut Opang, pihaknya melakukan inventarisasi, dan hasilnya, kerusakan jaringan perkotaan ini sudah sangat parah.
Saat itu, lanjut Opang, PAM-TGN pun pernah menghitung, butuh sekitar Rp450 miliar untuk mengcover biaya revitalisasi 100 persen jaringan perkotaan di Kota Cirebon.
Tiga tahun berselang, tentu harga yang dihitung dulu mengalami kenaikan, dan disebutkan Opang, jika dihitung dengan 10 persen per tahun, maka nilainya akan bertambah menjadi Rp570 miliar.
“Mohon arahan dari Bapak Ibu Dewan, kita formulasi programnya seperti apa. Sambil menunggu kemampuan perusahaan, kita perbaiki dulu, ada yang parah kita ganti sesuai skala prioritas,” imbuhnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.