SUARA CIREBON – Jumlah siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Akirra 2 di Jalan Tamansari Lingkingan Balencong, Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon sudah mencapai ratusan.
Prestasi yang ditorehkan para siswa SLB tersebut pun sangat menggembirakan. Dari mulai juara lomba membatik tingkat kabupaten/kota dan provinsi sampai juara lomba lari tingkat nasional.
Namun, siap sangka, berdirinya lembaga kesejahteraan sosial anak SLB di kelurahan tersebut, berawal dari nazar perintisnya yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah (Kepsek) SLB tersebut, yakni Leliarsih (54) dan suaminya, Zulkifli, pada 2015 silam.
Leliarsih mengatakan, pembangunan SLB dilakukan atas dasar rasa syukur dirinya kepada Allah SWT. Dimana pada tahun 2014 silam, anak sulungnya mengalami koma selama 10 hari akibat kecelakaan.
Dalam kondisi seperti itu, Leliarsih terus berdoa agar anaknya dapat segera siuman dan sembuh. Di dalam doa-doanya itu, terbersit di hati Leliarsih dan suaminya untuk bernazar membangun SLB jika anaknya siuman.
“Sepuluh hari kemudian anak itu bangun dari koma. Ya, kami bernazar akan membangun SLB karena pada tahun 2014 itu kebetulan saya guru SLB Cakrabuana,” ujar Leliarsih, Jumat, 1 November 2024.
Nazar itu pun kemudian ditunaikan Leliarsih pada 2015 dengan membeli tanah di lokasi yang kini menjadi gedung SLB Akirra 2 dan berhasil membangun satu ruang. Namun bangunan yang sudah berdiri tegak itu tak bisa langsung digunakan.
Pasalnya, kondisi di depan bangunan baru SLB tersebut masih berupa kolam sejenis empang. Untuk segera memulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), ia terpaksa menyewa gedung hingga berjalan selama 6 bulan.
“Kami menyewa selama 6 bulan. Selama itu kami berusaha mengurukkolam tersebut sampai tiga tahap, itu karena terbentur keuangan,” kata dia.
Ia menjelaskan, di masa-masa awal jumlah siswa SLB Akirra 2 hanya 14 anak. Seiring berjalannya waktu, jumlah siswa pun terus bertambah. Hingga saat ini, jumlah siswa SLB Akirra 2 mencapai 121 anak.
Namun, bertambahnya jumlah siswa tersebut membuat gedung yang ada tidak mampu menampung seluruh siswa. Karena, gedung di Kelurahan Pasalakan tersebut hanya mampu menampung 81 siswa. Karena itu, Leliarsih pun menerapkan pembelajaran kelas jauh di Blok Celancang, Desa Klayan dan Mertapada Wetan.
“Ada kelas jauh di Celancang dan Mertapada Wetan, itu tiap hari dan kami menyewa tempat di sana. Kenapa kami membuka di wilayah di sana, karena lokasinya itu sangat jauh ke kota, jauh juga ke (SLB, red) Cakrabuana. Sekaligus rintisan SLB juga karena di sama belum ada,” paparnya.
Selain itu, ia juga memberikan layanan khusus dengan melakukan kunjungan ke rumah untuk anak tuna daksa berat. Hal itu dilakukan, karena orang tua siswa kesulitan untuk bisa mengantarkan ke SLB Akira akibat kekakuan kondisi tubuh sang anak.
“Sehingga kami yang memberikan pelayanan ke rumah. Kami siapkan guru kunjung itu tiga kali seminggu. Jadi hanya tiga kali dalam semingu, karena kalau tiap hari kami tidak sanggup memberikan transportasinya,” ujarasnya.
Bersama 24 guru dan karyawan termasuk 3 tenaga tata usaha, Leliarsih dengan tekun dan telaten membimbing para siswa SLB Akirra 2, hingga tak sedikit yang berhasil meraih prestasi.
Bahkan, sejumlah prestasi tersebut diraih para siswanya sejak SLB berdiri pada tahun 2015 silam.
“Hampir tiap tahun kami meraih juara lomba membatik tingkat kota/ kabupaten. Namun di tingkat provinsi kami hanya sampai juara 2. Jadi belum sempat ke tingkat nasional,” tuturnya.
Namun untuk olahraga atletik cabang lari, salah satu siswanya berhasil menggondol juara 3 lari putri 100 meter. Leliarsih juga merasa bangga dengan kabar anak didiknya yang telah mendapat pekerjaan di toko ritel Alfamart setelah lulus dari SLB tersebut.
“Ada juga yang di (mal, red) Yogya sebagai parkir, dan ada yang sudah kami kasih modal untuk buka usaha di rumah,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.