SUARA CIREBON – Debat publik Pemilihan Bupati (Pilbup) Indramayu pada Senin malam 4 November 2024 berlangsung seru dan cenderung panas. Sejak segmen pertama, antar pasangan calon bupati sudah saling serang dan menyindir.
Serangan dilakukan paslon nomor 2, calon bupati Lucky Hakim sejak segmen pertama ketika menyampaikan empat menit visi dan misinya.
Lucky Hakim bahkan mengawali dengan sindiran bahwa telah menerima banyak keluhan dari berbagai kalangan masyarakat. Bupati bukan raja yang bisa berbuat apa saja terhadap rakyatnya.
“Sedikit-sedikit main pecat, main mutasi atau lapor polisi. Bupati bukan raja, ia merupakan pelayan rakyat,” tutur Lucky Hakim.
Di bagian berikutnya, Lucky Hakim menyebutkan berbagai kegagalan di bidang pertanian, perikanan dan berbagai bidang pembangunan lainnya.
“Saya tidak mau menjelasan Bu Nina (cabup petahana, Nina Agustina, paslon nomor 3).Tapi kenyataan banyak sawah gagal panen, kesulitan pupuk, nelayan sulit melaut dan pembangunan infrastruktur jalan yang lambat,” tutur Lucky Hakim.
Lucky Hakim menutup segmen pertama dengan menyatakan kondisi memprihatinkan dari Indramayu yang disebut sebagai daerah termiskin di Jabar.
Suasana langsung tegang usai Lucky Hakim menyampaikan visi dan misinya yang langsung menyerang Nina Agustina.
Segmen pertama ini menjadi pembuka bagi serangan-serangan segmen berikutnya. Secara umum, debat publik Pilbup Indramayu berlangsung dinamis.
Berbeda dengan debat-debat publik pilkada di daerah lain di Jabar yang terkesan hambar, monoton dan datar. Debat publik terasa nuansa dinamisnya.
Tiga paslon, masing-masing nomor 1 Bambang Hermanto – Kasan Basari (Berkah),nomor 2 Lucky Hakim – Saefudin (Lucky Sae) dan nomor 3 Nina Agustina – Tobroni (Juara) hadir.
Ketiga paslon memanfaatkan momentum untuk saling menyerang dan menyindir lainnya, terutama antara cabup nomor 2, Lucky Hakim dengan cabup petahana nomor 3, Nina Agustina.
Dalam debat publik tersebut, Nina Agustina relatif bertahan atau defensif menanggapi Lucky Hakim yang terus menyerang (ofensif). Tidak balik menyerang, meskipun diserang baik oleh paslon nomor 1 maupun terutama nomor 2.
Bahkan di segmen kelima, sebelum penutup, Lucky Hakim masih memanfaatkan momentum menyerang Nina Agustina dengan menunjukan seorang wanita bernama Anita yang punya dua anak stunting.
“Ini Bu Anita, punya dua anak stunting. Padahal tingganya hanya lima rumah dari rumah Bu Nina di Krimun, Losarang,” tutur Lucky Hakim.
Di segmen kelima yang membahas soal program kesehatan, Nina Agustina nyaris terpancing emosi ketika dia mengatakan kalau Lucky Hakim sejak awal terus menyerang dirinya secara pribadi.
“Dari tadi sentimen pribadi terus. Kalau masalah pribadi, nanti kita bicara di belakang saja,” tutur Nina Agustina.
Meski juga sama-sama menyerang, namun nuansa relatif lebih dingin terjadi pada dialog antara paslon nomor 1 dengan nomor 3, atau paslon nomor 1 dengan nomor 2.
Meski tetap saling menyerang namun relatif mencair dan dingin. Berbeda dengan paslon nomor 2 dan 3 yang terlihat rivalitasnya di atas panggung debat publik.
Sesalkan KPU
Pengamat politik, KH Amsori menyesalkan sikap KPU yang hanya menggelar satu kali untuk Debat Publik Pilbup Indramayu tahun 2024 ini.
“Tentu kerja KPU mengecewakan. Masyarakat Indramayu sebenarnya menghendaki minimal dua kali debat publik,” tutur Amsori, Selasa 5 November 2024.
Amsori menilai, KPU terkesan menutupi hak masyarakat Indramayu untuk menggali lebih dalam soal siapa dan bagaimana cabup-cawabup secara langsung.
“Sarana paling efektif itu ya debat publik. Malah dibandingkan kampanye, lebih banyak debat publik lebih baik,” tutur Amsori.
Debat publik yang berlangsung, dinilai Amsori cukup dinamis dan hidup. Bahkan dibandingkan debat publik pilkada lain, terutama di Jabar, Indramayu justru yang paling seru dan dinamis.
“Saya menilai debat publik tadi malam itu seru dan dinamis. Antar paslon saling serang dan sindir.Ya memang itu sejatinya debat. Adu program dan gagasan, adu ketangkasan verbal dan bisa menilai bagaimana para paslon mengartikulasikan pikirannya,” tutur Amsori.
Amsori menilai dengan debat-debat publik pilkada lain di Jabar. Menurutnya berlangsung hambar, monoton, tidak ada gimik saling serang dan sindir.
“Debat publik pilkada lain di Jabar itu hambar. Terkesan hanya festival sambutan aja.Festival omon omon. Bandingkan debat publik Pilbup Indramayu yang dinamis. Tapi sangat disesalkan hanya digelar satu kali,” tutur Amsori.
Amsori berharap KPU, jika masih ada ruang, mesti berpikir ulang dengan kebijakan menerapkan debat publik hanya satu kali.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.