SUARA CIREBON – Kereta lori masih digunakan oleh Pabrik Gula (PG) Rajawali Sindanglaut untuk mengangkut tebu dari area pengumpulan menuju bangunan utama pengolahan.
Penggunaan kereta lori ini bahkan cukup ikonik hingga menjadi khas pabrik gula tersebut. Pihak PG Rajawali Sindanglaut tetap mempertahankan kereta yang mengandalkan teknologi peninggalan kolonial Belanda di tengah modernisasi pabrik gula.
Alasan untuk mempertahankan penggunaan kereta lori diungkapkan oleh General Manager PG Rajawali Sindanglaut, Roni Kurniawan. Ia mengatakan, penggunaan kereta lori tetap dipertahankan karena efektivitasnya dalam mengangkut ribuan batang tebu ke pabrik utama.
Meskipun mempertahankan desain lama, PG Rajawali Sindanglaut telah melakukan sejumlah pembaruan pada sistem penggeraknya. Kereta lori yang dirancang sejak zaman kolonial Belanda ini dibuat untuk mempermudah aksesibilitas tebu ke pabrik.
“Sistem ini masih menjadi pilihan terbaik,” ujar Roni Kurniawan, Rabu, 19 Februari 2025.
Menurut Roni, saat ini bahan bakar mesin kereta lori telah beralih menggunakan bahan bakar minyak. Peralihan penggunaan bahan bakar tersebut lantaran dinilai lebih ramah lingkungan dan efisien, ketimbang menggunakan tenaga uap dari pembakaran kayu yang dilakukan sebelumnya.
“Awalnya kereta lori ini menggunakan tenaga uap dari pembakaran kayu. Perubahan ini membuat operasional lebih mudah serta mengurangi dampak lingkungan,” kata Roni.
Untuk diketahui, setelah mengalami mati suri selama tiga tahun yakni dari tahun 2019 sampai 2021, PG Rajawali Sindanglaut akhirnya kembali beroperasi pada 2022.
Pabrik gula tersebut terus menunjukkan peningkatan produksi hingga mencapai 11 ribu ton gula pada 2024. Artinya, ada peningkatan 1.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Saat ini, PG Rajawali Sindanglaut mengelola lahan tebu seluas 3.500 hektare. Dari jumlah tersebut, seluas 3.100 hektare merupakan lahan produktif. Untuk meningkatkan efisiensi dan produksi, pihak manajemen pabrik terus berupaya mengoptimalkan seluruh lahan hingga 2029 mendatang.
Strategi jangka panjang tersebut diterapkan bukan hanya untuk meningkatkan kapasitas gula nasional, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Penggabungan teknologi klasik dan inovasi modern ini menjadikan PG Rajawali Sindanglaut sebagai salah satu pabrik gula yang unik namun tetap bertahan di tengah tantangan industri.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.