SUARA CIREBON – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengakui pencabutan izin operasional atau Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan penutupan permanen lokasi galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, akan berdampak secara ekonomi khususnya bagi orang-orang yang selama ini bekerja dan menjadi bagian pertambangan tersebut.
“Dampak ekonomi selalu ada solusi, orang berhenti berkerja di sini, bisa bekerja di tempat lain asal siklusnya jalan. Kan nanti APBD Provinsi berjalan bangun sekolah, irigasi, jalan, ini kan pekerjaan kuli kasar bisa bekerja di proyek pembangunan pemerintah,” kata KDM–sapaan akrab Dedi Mulyadi, usai memberikan bantuan kepada keluarga korban longsor galian C Gunung Kuda, di Gedung Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Senin, 2 Juni 2025.
Sementara terkait status hukum pemilik tambang yang telah ditetapkan sebagai tersangka atas longsornya tambang batu galian C di Gunung Kuda yang menewaskan 20 orang dan sisanya masih dalam pencarian, KDM mengaku tidak akan mencampuri urusan tersebut. Dirinya menghormati proses hukum yang sedang dilakukan kepolisian.
“Saya menghormati apapun yang menjadi keputusan kepolisian Cirebon, sudah arahnya pidana saya tidak akan mencampuri,” tegasnya.
Untuk diketahui, tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan satu korban dari lokasi longsor tambang Gunung Kuda, pada hari keempat pencarian, Senin, 2 Juni 2025.
Korban yang berhasil ditemukan sekitar pukul 12.00 WIB ini, teridentifikasi bernama Sudiono (51). Dengan demikian, jumlah korban yang telah berhasil dievakuasi sejauh ini mencapai 20 orang, sementara lima korban lainnya masih terus dilakukan pencarian.
Sehari sebelumnya, tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan dua jenazah korban tertimbun longsoran material tambang batu di Gunung Kuda, Minggu, 1 Juni 2025.
Jenazah korban masing-masing diketahui bernama Wahyu Galih (26) warga Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang dan Nalo Sanjaya (53) asal Desa Kedongdong Kidul.
Dari keseluruhan korban yang telah ditemukan, 19 di antaranya sudah berhasil dikenali. Para korban tersebut antara lain: Sukandra bin Hadi, Andri bin Surasa, Sukadi bin Sana, Sanuri bin Basar, Dendi Irawan, Sarwa bin Sukira, Rusjaya bin Rusdi, Suparta bin Supa, Rio Ahmadi bin Wahyudin, Ikad Budiargo bin Arsia, Jamaludin, Wastoni, Toni, Rion Firmansyah, Sanadi, Sunadi, Sakira, Nalo Sanjaya, dan Wahyu Galih.
Menurut informasi dari otoritas setempat, lima korban lain yang belum ditemukan diduga kuat tertimbun material longsoran. Aktivitas pencarian akan kembali dilanjutkan begitu kondisi medan dianggap cukup aman dan stabil.
Operasi evakuasi ini melibatkan berbagai unsur, termasuk TNI, Polri, Basarnas, BPBD, serta relawan, dan dilengkapi dengan alat berat serta bantuan anjing pelacak. Ditargetkan, seluruh korban bisa ditemukan dalam waktu tujuh hari sejak kejadian.
Bencana longsor ini terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025 dan dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi selama beberapa hari berturut-turut. Ketidakstabilan tanah dan aktivitas tambang di kawasan tersebut turut memperparah kondisi dan memperbesar skala kerusakan.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















