SUARA CIREBON – Geliat perkembangan Kota Cirebon tampak terlihat dengan adanya penambahan bangunan pusat perbelanjaan, hotel berbintang, kafe kelas atas dan tempat-tempat kuliner kekinian.
Namun di balik semua itu, Kota Cirebon juga menyimpan kelamnya dunia malam, mulai kelas elite hotel berbintang hingga kelas hotel melati bahkan beralas tikar.
Salah satu yang sudah menjadi rahasia umum adalah, dunia malam di belakang Terminal Harjamukti, tepatnya Jalan Dukuh Semar, dan Jalan Brigjen darsono (Bypass) arah perempatan Pereumnas, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti.
Di sana, tempat hiburan malam dengan paket hemat dari yang hanya bertikar hingga di hotel melati tersedia.
Pemandangan yang hanya bisa ditemui di waktu malam hari itu ditandai dengan keberadaan warung remang-remang (warem).
Warem-warem itu kerap menyediakan minuman keras (miras) lengkap dengan musik dugem dan wanita penghibur. Semakin malam warem-warem itu semakin meriah.
Tak hanya Wanita penghibur yang kerap nyembi menjadi pekerja seks komersial (PSK), di Kawasan sekitar Terminal Harjamukti juga banyak beroperasi waria.
“Kalau malam, dari pukul 23.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB ramai, warung tempat dugem menyala, ada wanita dan ada waria,” kata pria berinisial J, yang bekerja di pinggir Jalan Dukuh Semar, Selasa, 22 Juli 2025.
J menuturkan, para waria kerap memilih lokasi yang cenderung gelap sebagai tempat nongkorong menanti pelanggan.
“Para waria ini berpakaian seksi ini, berkelompok berkumpul di pinggir jalan yang gelap menunggu klien yang ingin memakai jasanya. Biasanya di belakang terminal dan tempat gelap lainnya,” kata J.
Menurut J, tak jarang waria tersebut menggoda pengendara yang lewat Kawasan tersebut.
“Setiap ada pengendara laki-laki yang lewat, akan dipanggil ayaah oleh mereka agar mampir,” ujarnya.
Mirisnya, imbuh J, para waria itu kerap menawarkan jasa seks kilat, memanfaatkan lokasi-lokasi di belakang kawasan Terminal Harjamukti yang gelap di bangunan bekas salah satu kampus.
“Kalau yang waria biasanya eksekusi di tempat gelap, di bekas kampus. Tapi kalau wanita, beda lagi tempatnya, bisa di hotel terdekat mungkin,” timpal pria berinisial AW, yang bekerja di lokasi tersebut.
Menurut J dan AW, keberadaan praktik hiburan malam ilegal di kawasan itu sudah ada cukup lama. Mereka mengakui kerap dilakukan razia oleh pihak-pihak berwenang, namun tidak sampai membuat para pelakunya kapok dan tidak mengulang perbuatannya.
“Razia tentu ada, tapi selesai razia kebanyakan kembali lagi. Bahkan konon kabarnya, razia sering bocor. Biasanya kalau tidak ada razia baik waria maupun PKS yang mangkal cukup banyak. Tapi setiap ada razia, jumlahnya pasti langsung berkurang, mereka tidak keluar karena razia bocor duluan,” tandasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















